SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kota Solo memang layak dijuluki sebagai kota kuliner. Di balik deretan makanan populer yang mudah dijumpai, tersimpan pula beragam kuliner dan camilan tradisional yang kini kian langka. Salah satunya adalah opak angin, camilan khas Solo yang perlahan mulai menghilang dari peredaran.
Namun, bagi Anda pencinta kuliner tradisional yang gemar mencoba jajanan lawas, tak perlu khawatir. Camilan opak angin masih bisa dijumpai di Jalan Veteran, Solo. Makanan ini dijajakan oleh seorang ibu yang setia mangkal di depan Soto Veteran, mempertahankan cita rasa tradisional yang kini kian jarang ditemui.
Beberapa literatur menyebutkan, Opak Angin merupakan bagian dari tradisi lokal yang pernah mewarnai kehidupan masyarakat Solo.
Sejarah Opak Angin
Opak Angin telah dikenal masyarakat Kota Solo sejak era 1960-an. Pada masa itu, camilan ini kerap hadir di kampung-kampung, terutama saat peringatan 1 Muharram (Tahun Baru Islam), sebagai bagian dari tradisi dan perayaan yang mengakar di tengah kehidupan warga.
Kenapa dinamakan Opak Angin? Ternyata penamaan Opak Angin ini dipengaruhi oleh tekstur yang dimiliki jajanan itu. Yaitu berasal dari sensasi ketika disantap: begitu digigit, opak terasa lumer di mulut dan hilang seperti “tertangkap angin”.
Menurut kajian budaya kuliner dalam buku Kuliner Tradisional Solo yang Mulai Langka oleh Dawud Achroni (2018), opak angin adalah salah satu kuliner tradisional yang mencerminkan identitas lokal Solo, tetapi keberadaannya kini makin tersisih oleh perkembangan zaman dan perubahan selera masyarakat.
Bahan dan Cara Pembuatan
Opak Angin memiliki bentuk yang mirip kerupuk, namun berbeda dari kerupuk pada umumnya. Cara pembuatannya tetap mempertahankan proses tradisional yang sederhana namun memerlukan ketelatenan:
Bahan Utama:
- Tepung ketan (tidak boleh digiling mesin — ditumbuk manual).
- Gula jawa, ditambahkan sedikit demi sedikit ke adonan.
Proses Pembuatan:
- Menyiapkan ketan: beras ketan dicuci bersih lalu direndam, kemudian ditumbuk halus menggunakan lesung dan alu.
- Mencampur gula: gula jawa ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam ketan yang telah ditumbuk agar dapat mengembang saat dipanggang.
- Mencetak adonan: adonan dipipihkan dan dipotong sesuai ukuran (umumnya sekitar 10 x 10 cm).
- Memanggang: dipanggang satu per satu di atas bara arang dalam anglo, tanpa minyak, dan dibolak-balik hingga matang serta renyah.
Proses ini menghasilkan tekstur yang renyah namun lembut saat dikunyah, serta cita rasa manis-gurih khas ketan panggang.
Pada puncaknya, Opak Angin menjadi jajanan populer di Solo yang dicari oleh berbagai kalangan, terutama warga lokal, termasuk pengunjung festival kuliner tradisional.
Namun memang tidak semua generasi muda tertarik meneruskan usaha pembuatan opak. Bahkan anak keturunan dari pembuat jajanan tradisional ini banyak yang memilih profesi lain, meninggalkan keahlian yang diwariskan turun-temurun.
Kondisi Saat Ini
Seiring dengan perubahan gaya hidup dan makanan modern yang semakin mudah didapat, Opak Angin kini semakin langka. Beberapa hal yang mencerminkan kondisi terkini antara lain:
- Sulit ditemukan di pasar umum: tidak banyak pedagang yang menjajakan camilan ini secara rutin.
- Mulai terlupakan generasi muda: sebagian besar anak muda di Solo kini tidak mengenal atau tidak terbiasa menikmati opak angin.
- Masih ada di acara tertentu: opak angin masih sering dijumpai di festival kuliner tradisional atau event budaya sebagai bagian pelestarian kuliner lokal.
- Harga dan omzet kecil: penjual tradisional melaporkan omzet yang relatif kecil karena permintaan yang terbatas.
Sebagai warisan kuliner lokal, Opak Angin menyimpan lebih dari sekadar rasa. Keberadaannya mencerminkan bagaimana makanan tradisional bisa menjadi wujud pelestarian budaya, identitas lokal, dan ingatan kolektif sebuah masyarakat.
Buku Kuliner Tradisional Solo yang Mulai Langka menyatakan bahwa makanan tradisional seperti opak angin adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Solo yang perlu dikenali dan dilestarikan agar tidak punah oleh arus modernisasi. [*]
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.















