TEGAL- Tahun politik memang harus waspada. Jangan sampai kejadian-kejadian bencana alam yang dialami warga, dijadikan sebagai komoditas politik guna menarik massa.
Plt Walikota Tegal, Nursholeh, meminta agar korban bencana banjir yang melanda Kecamatan Margadana, Kota Tegal tidak dipolitisasi. Seperti diketahui, Kota Tegal akan mengadakan Pilkada serentak pada 2018 ini. Lima bakal pasangan calon wali kota dan wakil wali kota akan mengikuti pesta demokrasi di daerah ini.
“Saya meminta agar (bencana) banjir jangan dipolitisasi. Ingat itu,” tegasnya saat meninjau para pengungsi banjir di Kantor Kecamatan Margadana, Sabtu (10/2/2018).
Menurutnya, gerakan sosial untuk menolong korban tidak disertai dengan kepentingan politis. Apalagi, lanjutnya, menyelipkan gambar pasangan calon dan mengajak untuk memilih pasangan tertentu.
“Silakan memberikan bantuan, tapi, hendaknya jangan membawa- bawa bendera golongan,” ucap Nursholeh.
Mengusung kepentingan golongan dalam gerakan sosial dikhawatirkan akan semakin menambah derita korban.
“Tujuannya baik, tapi kalau ada niat yang tidak baik justru akan merusak ibadah dan ketulusan kita,” ujarnya.
Pria yang kerap disapa Kang Nur itu menambahkan bahwa dirinya yang berstatus sebagai petahana atau bakal pasangan calon itu mengaku tidak sedang berkampanye atau menarik simpati masyarakat.
“Saya di sini bukan sebagai pasangan calon, tapi sebagai plt wali kota yang harus peduli dengan warganya,” imbuhnya.
Nursholeh sempat mengunjungi beberapa titik pengungsian dan menerjang air banjir menggunakan perahu karet untuk melihat kondisi warga.
Menurutnya, semua pihak harus bersatu untuk menangani banjir di Kota Tegal. Apalagi, banyak anak- anak yang terdampak banjir karena tanggul Sungai Kemiri jebol itu.
“Banjir ini musibah, saya harap masyarakat untuk sabar dan tawakal. Berbagai upaya sudah kami lakukan untuk menanganinya,” ucapnya. Tribunnews