SRAGEN- Jembatan darurat yang dibangun sebagai alternatif sementara di sebelah proyek Jembatan Tanggan, Gesi di jalur Sapen-Gesi, mendapat kecaman dari warga dan sejumlah kalangan. Pasalnya kondisi jembatan jauh dari layak sehingga membahayakan dan tak ada yang berani melintasi.
Kondisi itu berimbas buruk terhadap jalan kampung yang akhirnya menjadi rusak menjadi pengalihan arus kendaraan.
Pantauan di lapangan, kondisi jembatan darurat yang dibangun dari bambu itu terlihat sepi karena tak ada yang melintas. Menurut keterangan warga, sejak didirikan bersamaan dengan proyek jembatan dibangun, jembatan sesek ( bambu) itu memang tak dilintasi.
Kondisinya yang sempit dan konstruksi bambu yang terkesan asal-asalan membuat pengendara takut untuk melintas.
“Apalagi posisinya kan nanjak. Kalau jembatan seseknya mboyag-mbayig (oleng) dan gapuk seperti ini, sangat bahaya. Banyak pemotor yang mbalik karena takut lewat dan jatuh. Makanya nggak ada yang lewat. Percuma saja dibangun jembatan sesek kalau enggak bisa dilewati begini, ” papar Setiawan (26) warga Gesi, Minggu (17/6/2018).
Menurutnya akibat jembatan yang tak layak, warga banyak yang terpaksa beralih ke jalan kampung meski harus memutar lebih jauh dan memperlama jarak tempuh.
Padahal, jembatan itu sangat penting bagi masyarakat karena selama ini menjadi jalur poros penghubung Sragen menuju Gesi, Sukodono dan wilayah Sragen utara.
Kondisi jembatan darurat itu juga menuai sorotan tajam dari DPRD. Anggota Komisi III DPRD Sragen, Mualim Sugiyono yang kebetulan berasal dari Tanggan, Gesi, juga mengaku mendapat banyak keluhan dari masyarakat soal jembatan darurat yang sangat tidak layak.
Dari hasil pantauannya Minggu (17/6/2018), kondisi jembatan sesek itu memang sangat tidak layak dan konstruksinya membahayakan. Sehingga tak heran masyarakat tak berani melintasi.
“Meski statusnya jembatan darurat dan alternatif, harusnya lebih kuat karena posisinya menanjak. Tapi ini sudah konstruksinya nggak kuat, posisinya nanjak lagi. Kesannya hanya asal-asalan sehingga akhirnya begini nggak bisa dilewati,” ujarnya di sela memantau lokasi.
Ia juga menyesalkan pengawasan DPU terhadap rekanan sehingga jembatan darurat yang dibuat akhirnya tak bisa difungsikan. Padahal, sejak awal dijanjikan jembatan darurat bisa digunakan sebagai jalur mudik.
Selain itu, ia juga menyoroti lambannya pengerjaan proyek jembatan beranggaran Rp 1,6 miliar itu yang hingga kini tak kunjung selesai.
“Padahal targetnya sebelum Lebaran katanya bisa dilalui. Nyatanya sampai habis lebaran belum juga selesai, ” terangnya.
Jalan Kampung Jadi Korban
Problem lain, tak berfungsinya jembatan darurat mengundang keluhan dari pihak desa dan warga di sekitar. Sebab arus pengendara akhirnya beralih ke jalan kampung sehingga membuat jalan kampung berubah padat dan rusak.
“Kami minta DPU lebih tegas memberikan peringatan kepada rekanan untuk segera membuat jembatan darurat yang lebih layak. Agar lebih layak dan bisa dilewati. Kalau dibiarkan seperti ini, kasihan masyarakat harus terganggu nggak bisa lewat. Lalu jalan kampung juga jadi korban, jadi rusak dan makin padat, ” tukasnya.
Legislator asal Partai Demokrat itu juga meminta agar rekanan pelaksana proyek jembatan, segera membenahi jembatan darurat. Jika tidak, maka warga dan desa yang dilalui akan sangat dirugikan.
“Kami akan terus mengawal dan memantau pembangunan Jembatan Tanggan agar sesuai progres dan kualitasnya. Harapan kami jembatan daruratnya segera ditinjau ulang dan diperbaiki sehingga bisa dimanfaatkan warga. Bayangkan anggaran Rp 1,6 miliar kok jembatan daruratnya saja asal-asalan dan malah nggak bisa difungsikan, ” tandasnya. Wardoyo