SUKOHARJO-Perang zaman sekarang bukan lagi perang secara fisik. Namun dampak yang ditimbulkan justru lebih merusak.
Bahkan perang di era kekinian tidak hanya satu jenis, melainkan tiga jenis sekaligus.
Dandim 0726/Sukoharjo, Letkol Inf Chandra Ariyadi Prakosa, menegaskan hal tersebut, Kamis (6/9/2018). Menurut dia saat ini perang telah beralih dimensi tidak lagi perang dengan menggunakan senjata. Tapi dengan politik untuk memperebutkan suatu daerah yang kaya sumber daya energi.
“Sekarang sudah meluas ke sumber pangan dan sumber energi hayati di sekitar khatulistiwa,” kata dia.
Trend perang pada masa kini, jelas dia, ada tiga. Meliputi proxy war yaitu perang dimana salah satu pihak menggunakan pihak ketiga atau kelompok untuk berperang melalui berbagai aspek. Penyalahgunaan narkoba, demo yang anarkis, tawuran pelajar, paham radikalisme, LGBT itu semua masuk di dalam kategori perang proxy war. Perang ini merusak generasi mudanya dan nantinya akan merebut sumber daya alam yang ada.
Perang kedua, asimetrik warfare perang yang melibatkan dua aktor atau lebih dikembangkan melalui cara tidak lazim di luar aturan perang konvensional. Perang model ini memiliki spektrum dan medan tempur yang luas meliputi hampir di setiap aspek untuk mengkuasai sumber daya alam.
“Sementara itu cyber warfare perang dengan menggunakan jaringan komputer dan internet di dunia maya dalam bentuk pertahanan dan penyerangan informasi,” tandas dia.
Untuk menghadapinya dibutuhkan nasionalisme yang tinggi dari semua elemen. Pasalnya perang tersebut tidak hanya dihadapi tentara, melainkan seluruh elemen masyarakat.
“Tanamkan, tumbuhkan, dan kembangkan jiwa nasionalis. Jaga persatuan dan kesatuan NKRI,” terang dia. Aris Arianto