Beranda Daerah Wonogiri Ancaman Longsor di Dusun Selopukang, Maksimalkan Alat Deteksi Gempa 

Ancaman Longsor di Dusun Selopukang, Maksimalkan Alat Deteksi Gempa 

Prajurit Kodim 0728 Wonogiri dan akademisi UGM memeriksa papan titik kumpul di Dusun Selopukang, Desa Sendang, Wonogiri.
Prajurit Kodim 0728 Wonogiri dan akademisi UGM memeriksa papan titik kumpul di Dusun Selopukang, Desa Sendang, Wonogiri.

WONOGIRI-Ancaman longsor di Dusun Selopukang, Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, masih besar. Untuk meminimalkan kerugian ketika bencana datang, saat ini tengah dimaksimalkan alat pendeteksi gempa, G. Connect.

Di daerah yang berada di tebing Waduk Gajah Mungkur tersebut juga telah dipasang tanda petunjuk evakuasi dan tanda titik kumpul. Pemasangan melibatkan akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Kodim 0728 Wonogiri, perangkat desa dan warga sekitar.

Dosen UGM, Mardani mengatakan, pemasangan alat deteksi gempa tersebut guna menanggulangi atau upaya deteksi dini bencana alam yang timbul di wilayah setempat. Menurut dia daerah tersebut merupakan daerah rawan bencana khususnya, pergerakan tanah hingga tanah longsor.

“Alat pendeteksi bencana merupakan bantuan dari UGM,” kata dia, Senin (17/9/2018).

Dia menjelaskan, wilayah Selopukang berada pada daerah yang miring. Telah terjadi beberapa kali pergerakan tanah. Hal itu bisa dilihat pada bangunan rumah warga yang retak-retak di bagian dinding dan lantainya.

Baca Juga :  Pilkada 2024 Libur Nasional, Rabu 27 November 2024 Tak Masuk Kerja

Sularno, warga Selopukang mengharapkan dengan adanya alat pendeteksi bencana dan tanda-tanda evakuasi ini ke depannya bisa berguna dan bermanfaat bagi warga saat terjadi bencana.

Informasi yang dihimpun pergerakan tanah terjadi di beberapa titik. Sebagian diantaranya berada dekat dengan rumah warga. Dinding rumah menjadi retak, lantai pecah dan bangunan miring. Retakan dinding itu bahkan ada yang mencapai tiga sentimeter dengan panjang belasan meter.

Warga sekitar mengaku takut sewaktu-waktu terjadi longsor yang membahayakan keselamatan jiwa mereka. Berdasarkan pengakuan warga, longsor pernah terjadi di dasawarsa 70-an. Ada sekitar 50 jiwa yang terdiri dari 15 ada di RT 2 RW IV yang langsung terdampak bencana tersebut.

“Ini rumah saya sudah beberapa kali rusak, tembok mrapat (retak), lantai pada jebol, bangunan rumah juga menjadi miring. Sudah lama tanah disini mengalami pergerakan. Dulu pernah longsor tapi tidak ada korban,” ungkap salah satu warga, Narti.

Baca Juga :  Manfaat Petai untuk Kesehatan dari Kontrol Gula Darah hingga Jantung, Pas lagi Masa Panen nih

Dia mengatakan, warga selalu was-was ketika hujan deras mengguyur. Bahkan ada yang sudah siap-siap mengungsi. Sebenarnya warga minta direlokasi, tapi mereka tidak memiliki lahan pengganti. Aris Arianto