SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pemkab Sragen berencana memasang stiker miskin bagi keluarga penerima bantuan sosial. Meski sudah lebih dulu dilakukan daerah lain, Pemkab enggan disebut mengekor atau ikut-ikutan.
Wabup Sragen, Dedy Endriyatno mengatakan wacana pemasangan stiker itu bukan dalam rangka ikut-ikutan dengan daerah lain yang sudah melakukannya.
Akan tapi dilakukan dengan maksud agar pengentasan kemiskinan semakin fokus dan bantuan-bantuan dari pemerintah benar-benar diterima mereka yang berhak.
Ia mengatakan pemasangan stiker itu dikarenakan banyak menerima masukan bahwa ada banyak warga yang benar-benar miskin. Namun justru tak pernah tersentuh bantuan dari program pengentasan kemiskinan dari pemerintah.
Sebaliknya, ada warga yang secara ekonomi sudah mampu justru masuk daftar dan selalu mendapat bantuan dari pemerintah. Kelompok inilah yang dinilai memiliki mentalitas suka miskin dan merasa nyaman meski sebenarnya tak berhak mendapat bantuan.
“Makanya Pemkab memang berencana memasang stiker miskin bagi keluarga penerima bantuan pemerintah. Paling cepat APBD Perubahan 2019 diajukan anggaran agar tahun ini bisa dilaksanakan,” paparnya ditemui di acara Polres Sragen tadi pagi.
Wabup yang juga Koordinator Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Sragen itu mengungkap, laporan salah sasaran itu banyak masuk dari para ketua RT, tokoh masyarakat dan keluarga miskin itu sendiri.
Salah satu yang paling dikeluhkan adalah masalah bantuan Beras untuk Rakyat Sejahtera (Rastra). Bahkan ia mengaku pernah didatangi Ketua RT dari wilayah Kecamatan Sragen, yang membawa data keluarga miskin yang tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah.
“Ketua RT itu juga menyampaikan bila ada warganya yang rumah. Pekerjaan dan kehidupannya sudah bagus dan layak malah masih masuk dalam kategori miskin dan selalu dapat bantuan. Ketua RT itu juga bawa foto-foto bukti warganya dan mengatakan kalau tidak hanya satu dua kasusnya karena ada empat sampai lima yang seperti itu,” jelasnya.
Kejadian-kejadian itu tidak hanya terjadi di Kecamatan Sragen yang masuk wilayah perkotaan. Akan tetapi juga kecamatan-kecamatan lainnya. Mentalitas jiwa miskin itulah yang menurutnya harus mulai dikikis dan disadarkan.
“Sesungguhnya yang paling susah untuk diperangi adalah mental kemiskinannya. Dimana semangat agar bangkit dari keterpurukan dan kemiskinannya itu yang harus dihidupkan,” tukasnya. Wardoyo