BANDUNG, JOGLOSEMARNEWS.COM –
Kekuatan gempa Banten yang bermagnitudo 6,9 beberapa hari lalu, kurang lebih setara dengan 16,9 kali bom nuklir yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.
Menurut perhitungsn dari BMKG, gempa tersebut melepaskan energi sekitar 337 kiloton bahan peledak trinitrotoluene (TNT). Jumlah itulah yang diukur setara dengan 16,9 kali lipat bom nuklir yang menghancurkan Nagasaki, Jepang.
Pendongeng Geologi Ma’rufin Sudibyo mengatakan, ukuran kekuatan magnitudo gempa bumi mengekspresikan besaran energinya. Setiap satu magnitudo energinya mencapai 32 kali lipat.
“Gempa magnitudo 7 energinya 32 kali lipat dari magnitudo 6 dan seterusnya,” kata dia Sabtu, 3 Agustus 2019. Adapun bom nuklir yang jadi acuan beratnya setara 20 kiloton TNT.
Dari perhitungannya, dimensi sumber Gempa Banten seluas 40 x 18 kilometer persegi. Menurutnya, skala gempa 5 punya panjang bidang gempa sejauh 5 kilometer, skala 6 sepanjang 30 kilometer, dan skala 7 berkisar 80-100 kilometer.
“Gempa skala 8-9 sepanjang 400 kilometer lebih, pengecualian Gempa Aceh sepanjang 1.600 kilometer,” ujar lulusan Teknik Fisika UGM itu.
Semakin besar angka skala kekuatan gempanya, luasan bidang yang terpatahkan juga meluas. Pada kasus Gempa Banten, menurutnya, tidak terjadi pengangkatan bidang lempeng atau juga penurunan sehingga tidak memunculkan tsunami.
“Sumber gempanya dangkal tapi terlalu dalam untuk membangkitkan tsunami,” ujarnya.
Di area sumber Gempa Banten terjadi pematahan kerak bumi yang menimbulkan pergeseran rata-rata 135 sentimeter, dan maksimum 170 sentimeter.
Sebagaimana diketahui, pada Jumat, 2 Agustus 2019, pukul 19.03.25 WIB, terjadi gempa tektonik di Samudera Hindia selatan Selat Sunda.
Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki magnitudo awal M 7,4 selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi magnitudo 6,9.
Episenter terletak pada koordinat 7,32 LS dan 104,75 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 164 km arah barat daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, pada kedalaman 48 km.
“Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya deformasi batuan dalam lempeng Indo-Australia (intraslab),” kata Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG.
Gempa Banten dipicu penyesaran oblique yaitu kombinasi gerakan mendatar dan naik.
Guncangan gempa ini dirasakan di Lebak dan Pandeglang dengan skala intensitas gempa IV-V MMI, Jakarta (III-IV MMI), Bandung, Serang, Bekasi, Tangerang, Bandar Lampung, Purwakarta, Bantul, Kebumen, (II-III MMI) juga Nganjuk, Malang, Kuta, Denpasar (II MMI).