SOLO (JOGLOSEMARNEWS.COM )-Berkarya dan berkarya. Itulah prinsip yang dikembangkan pada diri Mulyanto Utomo, wartawan senior yang tinggal di Kota Surakarta ini. Meski memiliki keterbatasan fisik dan sudah pensiun dari wartawan lapangan, tak menyurutkan semangat mantan wartawan di sejumlah media ini untuk kembali berkarya menghasilkan buku.
Kali ini Mulyanto menerbitkan bukunya yang ketiga berjudul “Orang Lumpuh Naik Haji”. Sebuah karya memoar saat dia menjalankan ibadah haji di Mekah Almukaromah. Buku ini berisi cerita bagaimana tantangan dan kisah seorang penyandang disabilitas lumpuh bisa menunaikan ibadah haji hingga kembali ke tanah air.
Hasil karya tulisan buku Mulyanto Utomo itu, Sabtu (17/8/2019) siang dibahas secara khusus dalam acara “Launching dan Bedah Buku Orang Lumpuh Naik Haji” bertempat di Restoran Taman Sari Colomadu. Mulyanto menceritakan kembali bagaimana proses pembuatan buku dan apa saja yang dinarasikan dalam karyanya itu. Sebagai pembedah adalah Ustaz Bambang Nugroho Putro, Ketua Kelompok Bimbingan Haji Mandiri Surakarta.
Buku yang dibuat oleh Mulyanto Utomo ini berisi narasi-narasi secara detail mengenai pengalaman dia saat berjibaku menjalani seluruh prosesi atau rukun ibadah haji di tengah keterbatasan fisik yang dia miliki. Tulisan dalam buku ini bisa memberi inspirasi bagi orang lain khususnya yang memiliki keterbatasan fisik atau mengalami disabilitas.
“Ibadah haji itu salah satu kuncinya memang harus memiliki fisik yang prima. Baik dari kesehatan maupun mobilitasnya. Kebetulan saya ada keterbatasan mobilitas. Namun bukan berarti itu menjadi kendala, karena terbukti saya bisa menjalani ibadah haji dengan lancar. Memang tantangannya lebih berat dibanding dengan orang yang normal, butuh strategi dan semangat tersendiri. Pengalaman-pengalaman dan kisah yang saya alami di sana itulah yang saya tuliskan dalam bentuk buku. Semoga memberi inspirasi dan manfaat bagi yang lain,” ungkap Mulyanto Utomo.
Mulyanto menderita paraplegia inferi atau istilahnya mengalami kelumpuhan total sejak dari pinggang hingga ujung kaki. Ke manapun pergi harus menggunakan kursi roda sejak 2008. Selama sembilan tahun lebih, pinggang hingga ujung kaki sama sekali tak bisa digerakkan. “Semua macet. Bahkan lapar, kenyang pun sudah tidak pernah dirasakan. Termasuk kebelet pipis atau buang air besar sekalipun,” ujarnya.
Maka ketika giliran waktu dia untuk berangkat haji tiba, Mulyanto sempat bingung dan khawatir bagaimana nantinya saat melaksanakan ibadah haji. Berkat semangat dan dorongan orang-orang di sekitarnya dia optimis bisa menjalankan ibadah dengan baik.
“Saat menunaikan ibadah haji tahun 2017 selama 40 hari juga di atas kursi roda. Alhamdulillah berkat bantuan semua pihak terutama istri saya, maka saya bisa menjalani semua wajib, rukun dan sunnah dalam ritual haji. Ada pengalaman unik, menarik, sedih gembira seorang difabel menunaikan haji. Itulah yang saya bagikan lewat buku ini kepada orang lain,” kata anggota Dewan Penasehat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Surakarta ini.
Dalam launching dan bedah buku tersebut, hadir sejumlah kawan, saudara, maupun relasi dari Mulyanto dari beragam latar belakang. “Saya salut dengan semangat Mas Mulyanto. Ini menjadi contoh buat semua wartawan, meski sudah pensiun dari pabrik media dan memiliki keterbasan fisik tetapi semangatnya berkarya tak surut ditelan jaman,” ungkap Junianto, kawan karib Mulyanto yang juga pensiunan wartawan dari Tribunnews.com ini.
Ustadz Bambang mengakui, sosok Mulyanto memang gigih baik sejak persiapan sebelum berangkat ke Mekah hingga waktu pelaksanaan haji. “Ia juga tidak mau diistimewakan selama di sana, dan kegigihan itulah yang makin menyempurnakan kelancaran ibadah haji dia,” ujarnya. (Syahirul)