JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM –
Pertanyaan yang sering mengemuka adalah, seberapa pentingkah rangking bagi prestasi anak didik? Bagaimana sikap yang harus diambil orangtua?
Seorang pengajar dan pemerhati pendidikan, Najelaa Shihab mengatakan, ranking dikategorikan sebagai label.
Sehingga, dirinya pun tidak menyetujui adanya rangking, lantaran tidak memiliki manfaat.
“Ranking itu termasuk label dan saya tidak pernah percaya dengan yang namanya label karena tidak ada untungnya bagi anak,” katanya di Jakarta, Jumat (16/8/2019).
Najelaa mengatakan bahwa ranking awalnya tercipta karena dua tujuan. Pertama, ini digunakan sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras anak.
Kedua, menjadi pemicu agar lebih giat mencapai target yang diinginkan. Meski demikian, dalam implementasinya, hal-hal negatif justru terpancar dari adanya ranking.
“Formulasi ranking memang pada mulanya baik. Tapi setelah dijalankan, banyak efek negatif yang bisa diterima anak. Ini yang membuat saya tidak setuju,” katanya.
Nilai negatif yang dimunculkan adalah pemahaman yang salah terhadap kompetisi.
Apabila anak memiliki ranking di atas, ia pun akan merasa lebih hebat dan mulai memandang rendah teman-teman dengan level yang lebih rendah. Sayangnya, ini pun akan berdampak pada anak saat besar.
“Seperti ini kan salah kaprah. Dampaknya juga besar untuk anak. Mereka tidak akan pernah bisa menghargai orang-orang di sekitarnya. Padahal manusia membutuhkan satu sama lain,” katanya.
Ia pun menegaskan agar orang tua juga tidak ambil pusing dan mementingkan ranking anak lagi karena menurut Najelaa, tujuan belajar bukanlah ranking melainkan bagaimana anak bisa memahami dan memiliki kompetensi.
“Esensinya dari belajar itu bukan perbandingan dengan orang lain. Jadi, orang tua jangan terpaut dengan ranking. Kalau di sekolah masih diterapkan, ya sudah biarkan. Yang terpenting anak bisa masteri atau menguasai pelajaran,” katanya.