Beranda Panggung Musik Grup Band Merah Bercerita Akan Gelar Konser “Nyanyian Sukma Lara”

Grup Band Merah Bercerita Akan Gelar Konser “Nyanyian Sukma Lara”

Grup band asal Solo Merah Bercerita akan menggelar konser "Nyanyian Sukma Lara", Jumat (17/1/2020) mendatang, di Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) Lokananta. Istimewa

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Grup band asal Solo Merah Bercerita akan menggelar konser “Nyanyian Sukma Lara”, Jumat (17/1/2020) mendatang, di Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) Lokananta. Grup musik aliran poem rock tersebut sekaligus akan meluncurkan album keduanya.

Jika pada album pertamanya, grup band yang digawangi tiga musisi tersebut mengaku terinspirasi dari bait puisi tokoh pergerakan era orde baru Wiji Thukul, maka pada album kedua ini mereka tidak lagi merepresentasikan puisi Wiji Thukul. Merah bercerita yang beranggotakan tiga sekawan Fajar Merah pada vokal dan gitar, Yanuar Arifin pada bass dan Lintang Bumi pada Drum ini memberikan nuansa berbeda.

“Kali ini album baru kami tidak lagi sekedar mengransemen puisi-puisi orang namun mempunyai keberanian sekaligus pendewasaan secara materi yang nampak dari segi musik dan sajak,” ujar vokalis grup, Fajar, Sabtu (11/1/2020).

Di sisi lain, grup band yang terbentuk pada tahun 2014 dan merampungkan produksi album kedua mereka pada tahun 2017 tersebut bakal berkolaborasi dengan musisi-musisi lokal Solo seperti Gema Isya dari grup band Soloensis, Safina Nadisa dari Jungkat-Jungkit dan Artaxiat Gamelan. Mereka siap menghadirkan nuansa yang kaya akan keberagaman.

“Track berdurasi 32 menit 23 menit dan mempunyai kekuatan dalam konsep narasi. Lagu demi lagu saling bersambung membentuk sebuah literasi yang mengajak kita menerawang apa yang sebenarnya dibicarakan dalam setiap liriknya,” imbuh Fajar.

Fajar menambahkan, tajuk Nyanyian Sukma Lara dipilih untuk mewakili semua judul dari album ke dua Merah Bercerita. Lagu-lagunya menghadirkan sebuah tanya akan diri, mengajak penikmat untuk kembali menentukan sikap pada zaman yang dinilai telah terdegradasi, sekaligus mengajak para pendengar untuk bersama-sama mengenali kebenaran demi sebuah tujuan guna menjadi manusia yang memanusiakan manusia serta mengenali opsi dari polemik krisis identitas pada lingkungan sosial dan mendoakan alam yang kian Lelah.

“Konsep album ini layaknya “mesin waktu” yang menghadirkan portalnya, dengan cerita, alur dan puncak yang tidak menghakimi keadaan, namun mencoba memiliki posisi netral sebagai pembaca gejala sosial, alam, sejarah tertulis maupun dampak personal,” tukasnya. Triawati PP