MOJOKERTO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dugaan adanya bangunan candi di kawasan situs Kumitir, Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur kian menguat setelah penemuan batu purbakala di kawasan tersebut.
Batu berbentuk lonjong mirip seperti telur itu pertama kali ditemukan Fendi Andriyanto (26) warga setempat ketika mencari pasir pada Sabtu (11/4/2020) lukul 11.30 WIB.
Batu purbakala tersebut ditemukan di sisi sebelah barat makam desa Kumitir atau sekitar 100 meter dari Talud atau tembok penguat tanah di Situs Kumitir.
Arekolog BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho menjelaskan, batu candi tersebut merupakan bagian dari pipi tangga yang diperkirakan dari Candi Kumitir.
Fungsi dari pipi tangga ini berada di kanan dan kiri paling ujung tangga candi.
“Batu ditemukan kemungkinan menghadap ke arah barat berarti kita duga sesuai hipotesis di area pemakaman Desa Kumitir ini ada candi yang merupakan tempat Pendharmaan Mahesa Cempaka yakni kakek dari Raden Wijaya,” ujarnya di lokasi, Rabu (15/4/2020).
Apalagi di sini, lanjut Wicaksono, ditemukan batu komponen candi yang berserakan dalam kondisi terlepas dari struktur bangunan.
Penemuan batu bagian bagian pipi candi ini semakin menguatkan bahwa memang ada candi yang berhubungan dengan Talud ditemukan pada Oktober 2019.
Talud merupakan bagian dari tembok yang mengelilingi bangunan candi.
“Dari ukuran batu andesit yang ditemukan berukuran panjang 130 sentimeter, lebar 100 sentimeter dan tinggi 100 sentimeter tesebut kita berasumsi bahwa candi yang ada di sini kelihatannya cukup besar,” jelasnya.
Masih kata Wicaksono, keberadaan Candi Kumitir diperkirakan pada zaman Kerajaan Singosari 1268 M.
Bangunan candi dipakai sebagai tempat Pendharmaan Mahesa Cempaka setelah 12 wafat dan masih digunakan dimasa Kerajaan Majapahit.
Katanya, dalam kitab kuno Negarakertagama dan Pararaton juga disebutkan Pendharmaan Mahesa Cempaka berada di sisi timur dari Kota Raja Majapahit yang ditandai adanya bangunan candi ini.
Kerajaan Singosari dengan Kerajaan Majapahit masih satu keturunan satu darah yang kemudian masih diteruskan dan dipuja dimasa Majapahit.
Dan menariknya, di sini Pendharmaan Mahesa Cempaka menjadi bagian dari Kota Raja yang berada di sisi timur.
“Pembuatan candi Pendharmaan ini pada abad ke-13 setelah 12 tahun Mahesa Cempaka wafat pada 1286 Masehi, kemudian di dharmakan, seperti dalam kitab kuno yang disebutkan dalam kitab Negarakertagama dan Pararaton keberadaan suatu daerah ini disebut Kumeper yang berarti Kumitir,” ungkapnya.
Ditambahkannya, peninggalan Candi Kumitir diperkirakan merupakan struktur kombinasi bangunan dari batu andesit dan batu bata.
Masih di kawasan Situs Kumitir, juga ditemukan Antefiks yakni bagian dari atas candi dan batu andesit berbentuk kotak yang merupakan bagian dari bangunan candi.
Dapat diidentifikasi yakni Antefiks yang ada di area makam, profil dari pipi tangga dan kaki atau badan candi berbentuk kotak huruf L yang terlepas dari bangunan candi tersebut.
“Penemuan batu pipi tangga candi itu memang kondisinya terlepas namun batu sebesar ini tentu tidak terlalu jauh paling tidak lima atau 10 meter dari bagian utama komponen bangunan candi,” tandasnya.