SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Di tengah pademi virus Corona ini, pakar saham, Ellen May tidak menyarankan untuk membeli sahamm PT Vale Indonesia Tbk (INCO) untuk investasi jangka panjang.
“Namun, secara teknikal hari ini kami menganggap peluang trading jangka pendek dari INCO tercermin dari lonjakan volume dari 20 Maret yang menandakan saham ini mulai diakumulasi,” papar Ellen dalam rilisnya ke Joglosemarnews.
Ellen menjelaskan, Jumat (17/4/2020) dan Sabtu (18/4/2020) lonjakan volume INCO juga cukup signifikan.
Sesi pertama Senin (20/4/2020) jelas Ellen, saham INCO ditutup menguat 4,44% di harga 2610. Karena itu, dia menyarankan bagi yang belum mengoleksi saham tersebut dapat membeli dengan range harga 2.600-2.620 sebanyak 5% dari modal swing trading.
Apabila harga turun dari harga 2.450, Ellen menyarankan untuk menjual saham INCO, sebagai pembatasan risiko, sekaligus perlu diperhatikan area 2.750-2.770 sebagai area profit taking.
Sebagaimana diketahui, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sebelumnya PT International Nickel Indonesia Tbk adalah perusahaan investasi asing dengan lisensi dari Pemerintah Indonesia untuk mengeksplorasi, menambang, memproses dan memproduksi nikel.
Perusahaan tambang mineral itu memperoleh kinerja operasional yang cukup positif sepanjang kuartal pertama tahun 2020 di tengah badai virus corona.
Ellen menjelaskan, produksi nikel dalam matte INCO di akhir kuartal I-2020 mencapai 17.614 metrik ton. Jumlah tersebut meningkat 34,66% (yoy) dibandingkan realisasi di kuartal I-2019 sebanyak 13.080 metrik ton.
Jika dihitung secara kuartalan, hasil produksi nikel dalam matte INCO di kuartal I-2020 lebih rendah 14,05% (qoq) ketimbang produksi di kuartal IV-2019 lalu sebanyak 20.494 metrik ton.
Hasil produksi nikel dalam matte secara kuartalan turun karena adanya aktivitas pemeliharaan yang telah direncanakan perusahaan tersebut.
Semester 1-2020 INCO melakukan pemeliharaan proyek kanal bendungan Larona yang menyuplai air untuk kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
“Untungnya, harga nikel pada semester II-2019 membaik sehingga membuat perusahaan menghasilkan lebih banyak pendapatan untuk mengompensasi catatan pada semester pertama,” jelasnya.
Tantangan INCO
Lebih jauh Ellen menjelaskan, pihak perusahaan sendiri menyatakan bahwa aktivitas nikel dalam matte INCO sampai saat ini tidak terpengaruh oleh penyebaran wabah Corona.
Perusahaan menargetkan produksi nikel dalam matte INCO masih di level 71.000 metrik ton untuk tahun 2020.
Produk nikel INCO dikirimkan ke VCL di Kanada dan Sumitomo Mining di Jepang dengan perjanjian kontrak terlebih dahulu.
Namun kegiatan pertambangan dan smelting di China yang terganggu karena adanya kebijakan lockdown menyebabkan ancaman berlebihnya ketersediaan pasokan nikel.
“Persediaan nikel yang tidak terserap bisa menyebabkan harga komoditas melemah, sehingga berpengaruh pada laba INCO tahun 2020 ini,” bebernya.
Sebagai informasi, tahun 2019 INCO meraih kenaikan pendapatan sebesar 1% (yoy) menjadi US$ 782,01 juta. Namun, laba bersih perusahaan ini turun 5,14% (yoy) menjadi US$ 57,40 juta. Saat ini INCO berada pada PER 32,38x; PBV 0,96x; dan EPS Rp 80,60. suhamdani