SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kasus penjemputan paksa jenazah ustadz berinisial MH (64) yang positif Covid-19 untuk dimakamkan sendiri di Desa Purwosuman, Kecamatan Sidoharjo, Sragen Jumat (7/5/2021) menguak fakta baru.
Diduga kuat, pihak kerabat sengaja meninggalkan petugas dan aparat untuk nekat memakamkan sendiri. Hal itu dilakukan karena mereka menolak ustadz kharismatik itu dimakamkan secara protokol covid-19.
“Iya, rencananya dimakamkan selesai Jumatan. Dari pihak Muspika sudah memberitahu kalau positif (Covid-19) dan harus dimakamkan protokol covid-19 oleh petugas berpakaian APD lengkap. Akan tetapi saat petugas pemakaman dan Muspika masih Jumatan, jenazah sudah dijemput lalu dimakamkan sendiri. Yang memakamkan kerabat dan tidak pakai APD. Mungkin sengaja nilapke biar bisa dimakamkan sendiri,” ujar AL, salah satu warga setempat, kepada wartawan, Jumat (7/5/2021).
MH dikabarkan meninggal dunia dengan hasil swab positif terkonfirmasi covid-19. Proses pemakamannya kini menjadi sorotan karena dilaporkan tidak dilakukan oleh petugas pemakaman covid-19.
Akan tetapi diduga malah nekat dimakamkan sendiri oleh kerabat dan santrinya. Hal itu dilakukan karena keluarga menolak dimakamkan secara protokol kesehatan.
Bahkan ratusan pelayat juga hadir melepas kepergian sang ustadz. Data yang dihimpun di lapangan, MH meninggal pagi tadi sekira pukul 07.00 WIB.
Almarhum mengembuskan nafas terakhir di RSUD dr Moewardi Solo. Semula pihak keluarga sudah diberitahu bahwa almarhum positif covid-19 dan pemakaman harus dilakukan protokol covid-19.
Proses pemakaman dijadwalkan akan dilakukan bakda salat Jumat di lokasi dekat pondok pesantren dekat rumah duka.
Akan tetapi jenazah kemudian justru dijemput menggunakan ambulans NU bukan ambulans dari rumah sakit.
Selanjutnya, jenazah dibawa ke RSUD Sragen untuk dilakukan pemulasaraan. Selesai itu, jenazah kembali dibawa sendiri dengan kerabat menggunakan ambulans yang sama.
Walhasil, petugas relawan yang sudah siap memakamkan, batal melakukan pemakaman karena jenazah sudah lebih dulu dimakamkan sendiri.
Hal itu pun akhirnya memantik perhatian dari sebagian warga karena saat pemakaman juga banyak yang hadir mendekat.
Kepala Puskesmas Sidoharjo, Eny Sudarwati menyampaikan informasi yang diterima dari dinas kesehatan kabupaten (DKK), almarhum MH memang positif terpapar Covid-19.
Yang bersangkutan sempat menjalani perawatan di RSUD dr Moewardi Solo. Karena positif, pihaknya langsung menyampaikan ke keluarga agar dimakamkan dengan protokol kesehatan
Ia membenarkan memang awalnya sempat ada penolakan dari keluarga yang minta agar jenazah dimandikan di rumah duka.
“Awalnya kami dikasih tahu bidan desa ada penolakan dan ingin dimandikan sendiri di rumah duka. Kemudian saya telepon Pak Lurah, Pak ‘amat untuk koordinasi karena kita takut ada efek yang tidak baik atau ada klaster baru, akhirnya di mandikan di rumah sakit umum (Sragen),” terangnya.
Setelah dimandikan kemudian jenazah malah dijemput pakai ambulans sendiri kemudian dibawa ke rumah duka.
“Iya benar, jadi dari pihak desa malah kaget kok sudah dimakamkan sendiri. Dari teman-teman juga membenarkan pemakaman ternyata nglimpekne petugas dan Muspika. Saya juga kaget dapat laporan dimakamkan sendiri. Padahal sudah disosialisaikan positif covid-19” urainya.
Karena pemakaman tidak digelar secara prokes, maka Puskesmas nantinya akan melakukan tracking terhadap semua orang yang kontak erat.
Baik yang kontak dengan jenazah almarhum, maupun yang kontak erat saat penjemputan jenazah, saat menyalatkan, saat takziah hingga yang melakukan proses pemakaman.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sragen, Minanul Aziz membenarkan kabar tersebut. Namun ia mengatakan informasi sang ustadz positif dan nekat dimakamkan sendiri itu baru diterimanya sore hari setelah pemakaman selesai.
“Kami baru tahu sore hari. Kalau tahu sejak pagi mesti kami sarankan untuk tetap menaati protokol covid-19. Sebenarnya kalau di Sragen semua taat, kemarin ustadz Habib itu positif dan keluarga sudah menyerahkan pemakaman secara protokol covid-19. Mungkin yang di Purwosuman kemarin keluarga belum memahami,” ujarnya ditemui di acara Musda MUI, Sabtu (8/5/2021). Wardoyo