SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM –
Kasus penolakan pemakaman protokol Covid-19 terhadap jenazah ustadz berinisial MH (64) asal Purwosuman, Sidoharjo, Jumat (8/5/2021) memantik reaksi keprihatinan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat.
Ketua MUI Kabupaten Sragen, KH Minanul Aziz mengaku menyayangkan kabar tersebut. Ia mengatakan sudah mendengar informasi soal jenazah ustadz positif covid-19 di Purwosuman yang nekat dimakamkan sendiri tanpa prokes.
“Tapi saya dengarnya sudah terlambat. Sudah sore, sudah dimakamkan baru dengar,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Sabtu (8/5/2021).
Atas kejadian itu, Minanul mengatakan dalam situasi pandemi, semua harus menaati aturan pemerintah.
Pemakaman jenazah yang dinyatakan positif covid-19 pun seharusnya tetap menaati aturan pemerintah yakni dimakamkan secara protokol covid-19.
“Harus manut dengan protokol kesehatan dari pemerintah. Pemakaman harus diikuti,” tuturnya.
Menurutnya, kasus di Purwosuman itu dimungkinkan terjadi karena keluarga yang tidak mengerti tentang covid-19 dan prosedurnya.
Sehingga nekat menjemput jenazah pakai ambulans sendiri dan melakukan pemakaman tanpa petugas yang berpakaian APD.
Meski demikian, ia menyampaikan mestinya keluarga harus konsultasi dengan yang lain atau petugas. Sehingga bisa memberikan nasehat agar menyerahkan semua kepada aturan pemerintah.
“Jadi mungkin karena kita tidak diberi tahu oleh keluarga, tahu-tahu sudah dikubur,” katanya.
Dari pengurus NU sendiri, lanjutnya, juga tidak mengerti bahwa ambulans dipakai untuk menjemput jenazah ustadz yabg ternyata positif covid-19.
Karenanya, ia kembali menekankan agar semua mau manut dan menaati aturan pemerintah. Ia menegaskan kasus penolakan baru terjadi di Purwosuman itu.
Sebab beberapa tokoh agama dan ustadz di Sragen pun yang sudah dinyatakan positif dan meninggal, selama ini juga diserahkan pemakamannya sesuai protokol kesehatan.
“Sebetulnya kita teman-teman di Sragen tidak seperti itu. Seperti dulu Pak Habib (positif covid-19) ya pemakamannya kita serahkan pada pemerintah. Kemarin itu mungkin Keluarganya tidak komunikasi dengan teman-teman itu aja,” tandasnya.
Karena sudah terlanjur, pihaknya hanya mengimbau kepada semua yang kontak erat baik keluarga, teman dan saudara, untuk menaati aturan melakukan pemeriksaan dan mau diswab.
“Sebaiknya teman-teman dan saudara termasuk keluarga, mengikuti saja yang dikehendaki oleh dinas kesehatan (diswab). Karena itu demi menjaga keselamatan banyak orang,” tandasnya.
Kepala Puskesmas Sidoharjo, Eny Sudarwati menyampaikan informasi yang diterima dari dinas kesehatan kabupaten (DKK), almarhum MH memang positif terpapar Covid-19.
Yang bersangkutan sempat menjalani perawatan di RSUD dr Moewardi Solo. Karena positif, pihaknya langsung menyampaikan ke keluarga agar dimakamkan dengan protokol kesehatan
Ia membenarkan memang awalnya sempat ada penolakan dari keluarga yang minta agar jenazah dimandikan di rumah duka.
“Awalnya kami dikasih tahu bidan desa ada penolakan dan ingin dimandikan sendiri di rumah duka. Kemudian saya telepon Pak Lurah, Pak ‘amat untuk koordinasi karena kita takut ada efek yang tidak baik atau ada klaster baru, akhirnya di mandikan di rumah sakit umum (Sragen),” terangnya.
Setelah dimandikan kemudian jenazah malah dijemput pakai ambulans sendiri kemudian dibawa ke rumah duka.
“Iya benar, jadi dari pihak desa malah kaget kok sudah dimakamkan sendiri. Dari teman-teman juga membenarkan pemakaman ternyata nglimpekne petugas dan Muspika. Saya juga kaget dapat laporan dimakamkan sendiri. Padahal sudah disosialisaikan positif covid-19″ urainya.
Karena pemakaman tidak digelar secara prokes, maka Puskesmas nantinya akan melakukan tracking terhadap semua orang yang kontak erat.
Baik yang kontak dengan jenazah almarhum, maupun yang kontak erat saat penjemputan jenazah, saat menyalatkan, saat takziah hingga yang melakukan proses pemakaman. Wardoyo