JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Penggunaan alat kontrasepsi atau KB sangat penting untuk perencanaan sebuah keluarga.
Alat ini dapat berfungsi untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan sekaligus untuk mengatur jarak kehamilan.
KB sendiri terdiri dari dua jenis, yakni KB non-hormonal dan KB hormonal. KB non-hormonal seperti namanya KB jenis ini tidak menggunakan hormon dalam mencegah kehamilan, melainkan menggunakan alat seperti kondom, fertility awareness method dan withdrawal method.
Sementara itu, KB Hormonal adalah alat kontrasepsi yang menggunakan intervensi hormon dalam mencegah kehamilan, seperti pil KB, implan, spiral, koyo KB, dan KB cincin.
Dibanding dengan KB non-hormonal, penggunaan KB hormonal memiliki tantangan tersendiri. Penggunaan KB jenis ini dapat memberikan efek samping tertentu pada tubuh perempuan, seperti meningkatnya berat badan, siklus menstruasi menjadi tidak teratur, sakit kepala, munculnya jerawat, dan nyeri pada payudara.
Selain memberi efek samping pada fisik, penggunaan KB hormonal ini disebut-sebut juga berdampak pada kesehatan mental perempuan.
Pengaruh penggunaan KB hormonal pada kesehatan mental ini memang masih perlu diteliti lebih jauh.
Namun, beberapa orang menyebutkan penggunaan KB hormonal ini berdampak pada mood swing dan depresi.
Mereka yang paling berisiko mengalami hal tersebut ialah remaja, perempuan dengan riwayat PMS, dan perempuan dengan riwayat depresi.
Adapun gejala-gejala yang muncul akibat penggunaan KB hormonal pada mental ini dapat berupa rasa sedih, mudah marah, mudah menangis, atau rasa malas.
Bagaimana hal tersebut dapat terjadi? Dikutip dari laman Tribunnews.com, pada dasarnya KB hormonal bekerja dengan melepas satu atau lebih hormon ke dalam tubuh.
Hormon tersebut ialah hormon estrogen dan hormon progestin yang merupakan bentuk sintetis dari hormon progesteron.
Dikutip dari laman Clue, perubahan kadar hormon esterogen dapat menyebabkan perempuan mengalami gejala depresi pada saat PMS, pascamelahirkan, dan sebelum menopouse.
Selain itu, normalnya pada siklus menstruasi terjadi fluktuasi hormon esterogen dan progesteron. Namun penggunaan KB hormonal membuat hormon menjadi lebih stabil.
Sebagai akibatnya, tidak ada fluktuasi hormon yang menyebabkan kadar hormon stress atau kortisol dalam tubuh menjadi semakin tinggi.
Efek dari hal tersebut ialah terjadinya perubahan suasana hati dan emosi negatif lainnya seperti stress dan kecemasan.
Kendati demikian, di satu sisi meningkatnya kadar kortisol justru berdampak positif pada orang yang secara alami memiliki kadar kortisol yang sangat rendah.
Sehingga pada sebagian orang meningkatnya kadar kortisol sebagai akibat dari penggunaan KB hormonal ini justru membuat suasana hati menjadi lebih baik.
Sebenarnya, perubahan mood yang dirasakan akibat penggunaan KB hormonal wajar terjadi, sebab perubahan hormon memang menjadi penyebab perubahan mood.
Akan tetapi, jika perubahan mood yang dirasakan sangat mengganggu dan dirasa berbahaya bagi kesehatan mental, ada baiknya Anda menghentikan penggunaan KB hormonal. Anda dapat mendiskusikan hal ini kepada dokter untuk memeroleh solusi yang tepat. Harum Ika Praningrum