Beranda Daerah Sragen PPKM Makin Menyusahkan, Gang Alun-Alun Sragen Mendadak Jadi Mall Jalanan. Pedagang: Hanya...

PPKM Makin Menyusahkan, Gang Alun-Alun Sragen Mendadak Jadi Mall Jalanan. Pedagang: Hanya untuk Menyambung Hidup dan Makan Pak!

Ica, pedagang buah asal Gondang saat melayani pembeli di gang Alun-Alun Sragen. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kebijakan perpanjangan PPKM dirasakan makin menyusahkan masyarakat. Kalangan pedagang salah satunya.

Mereka mengaku sulitnya ekonomi selama pandemi membuat omzet penjualan merosot drastis. Hal itu mendorong sejumlah pedagang dari beberapa wilayah di Sragen terpaksa turun ke jalan untuk memajang dagangannya.

Seperti terlihat di gang jalan sebelah Alun-Alun Sragen. Jalanan itu kini berubah menjadi jalur pedagang jika siang sampai sore hari.

Beragam jualan dipajang mulai dari sembako, buah hingga aneka makanan. Penjualnya datang dari beberapa wilayah jauh. Seperti dari Sambirejo, Gondang dan lainnya.

Ika (25) salah satu pedagang asal Sambirejo misalnya. Ia rela jauh-jauh datang ke Alun-alun untuk menjual dagangan pete dan sayuran segar.

“Pete mahal ini Mas. Satu lonjor Rp 10.000. Jualan di sini biar cepat laku,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Jumat (27/8/2021).

Ica, pedagang buah asal Gondang saat melayani pembeli di gang Alun-Alun Sragen. Foto/Wardoyo

Iyem, penjual durian Kalimantan juga ikut memajang dagangannya di atas mobil sedan miliknya. Duren itu dipatok dengan harga mulai dari Rp 20.000 per buah.

Baca Juga :  Mantap! PAD Sektor PBB di Sragen Tembus 100 Persen, Ini Kata Bupati Yuni

Ia ikut berjualan di Alun-alun karena jualan di tempat asalnya sangat sepi. Situasi itu diakui tak lepas dari penerapan PPKM dan sepinya ekonomi akibat pandemi.

“Nggak ada uang, sepi, jadi ikut jualan di sini biar laku,” katanya.

Senada, pedagang buah asal Bumiaji, Gondang, Ica juga mengaku ikut jualan di Alun-alun Sragen karena jualan di toko sangat sepi.

Kondisi itu dialami sejak pandemi dan diperparah dengan perpanjangan PPKM yang tak kunjung berhenti. Ia berjualan dengan sarana mobil miliknya.

Dagangan buahnya dipajang di bagian belakang mobil dengan kap dibuka. Aneka buah ia jual setiap hari mulai pukul 10.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB.

Meski memahami lokasi dekat Alun-alun sebenarnya bukan area PKL, Ica menyebut hal itu terpaksa dilakukan semata-mata demi mendapat penghasilan untuk kebutuhan hidup.

“Sebelumnya jualan di rumah sepi sekali. Di sini agak lumayan. Pokoknya apa yang laku dijual ya dijual. Sebab sejak PPKM ini ekonomi makin sulit Mas. Ini juga untuk menyambung hidup dan demi bisa makan sesuap nasi. Ini aja kadang dimarahi Satpol PP dan siap-siap dioprak-oprak,” ujarnya. Wardoyo