JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Saat ini Indonesia memiliki kebijakan fiskal yang prudent dan kebijakan moneter yang tepat, termasuk reformasi struktural yang dilakukan secara massif sehingga dapat menarik investor.
Penilaian tersebut dilontarkan oleh World Bank sebagaimana dikutip oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto.
“Dibandingkan dengan berbagai emerging countries, Indonesia juga stand out karena tiga kebijakan tersebut,” ujar Menko Airlangga, seperti dikutip dalam rilisnya ke JOGLOSEMARNEWS.COM .
Dikatakan Menko Airlangga, kondisi perekonomian tersebut menunjukkan bahwa kebijakan-kebijakan Pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional telah berada di track yang benar.
Hal itu terlihat pada beberapa leading indicator perekonomian yang membaik seiring dengan melandainya kasus Covid-19 di Indonesia.
Penanganan krisis kali ini juga lebih baik dari pada penanganan krisis sebelumnya di tahun 1997-1998 dan tahun 2008.
Menko Airlangga mencontohkan, dari upaya akselerasi pelaksanaan vaksinasi, hingga 31 Desember 2021 pukul 18.00 WIB, tercatat dari 208,26 juta target vaksinasi dosis 1 dan dosis 2, vaksinasi dosis 1 telah diterima oleh 161,32 juta penduduk (77,46%) dari target.
Vaksinasi dosis 2 telah pula diterimakan kepada 113,85 juta penduduk (54,67%) dari target. Sementara itu, untuk vaksinasi dosis 3 telah diberikan kepada 1,29 juta penduduk atau sebesar 87,75% dari target.
Upaya vaksinasi juga telah diperluas dan diakselerasi bagi kelompok anak-anak usia 6 hingga 11 tahun.
Sedangkan dari sisi pemulihan ekonomi, Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia sudah berada di atas 100, yakni pada angka 118,5.
Dampak positif itu masih terus berlanjut, di mana ekspor Indonesia pada kuartal ke-3 tahun 2021 naik 29,16%, sedangkan impornya naik 30,11%.
Indonesia juga memiliki cadangan devisa yang cukup tinggi yaitu di atas 140 miliar USD dan neraca perdagangan secara akumulatif surplus sebesar 34,32 miliar USD.
“Penanganan krisis akibat Covid-19 dalam 1 tahun sudah bisa recover sehingga ini memberikan sinyal bahwa fundamental ekonomi kita masih sangat baik,” tutur Menko Airlangga Hartarto.
Menko Airlangga melanjutkan, bahwa kembalinya indeks saham menjadi suatu hal yang sangat positif. Apalagi sebagian besar nasabahnya adalah sektor retail atau individual.
“Sehingga pasca Covid-19 ini pasar modal secara struktur lebih kuat. Kemudian ditambah lagi kita sudah punya Sovereign Wealth Fund yang diberi modal oleh Pemerintah, dan ini yang menjadi buffer bagi capital market ke depan,” lanjut Menko Airlangga.
Terkait dengan investasi, beberapa hal yang dilakukan Pemerintah dalam Proyek Strategis Nasional telah mendorong masuknya investasi lebih dari Rp 5.000 triliun.
Sementara itu dalam pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) terutama di sektor yang pertumbuhannya tinggi selama pandemi, seperti Nongsa Digital Park, termasuk juga di sektor renewable energy, seperti solar farm, juga banyak diminati oleh investor.
Terkait dengan kebijakan The Fed, Menko Airlangga menegaskan bahwa Indonesia masih memiliki buffer untuk menahan karena selama ini tingkat suku bunga di Indonesia relatif delta-nya tinggi.
“Jadi kita harus tetap berbasis pada fundamental yang sifatnya regional sentimen,” kata Menko Airlangga.
Sementara itu, adanya Forum G20 di Indonesia diharapkan akan efektif memacu tenaga kerja hingga konsumsi.
Menko Airlangga mengatakan forum itu akan memberikan multiplier effect yang besar bagi Indonesia dan mempekerjakan sekitar 33.000 pekerja di sektor Horeka dan event untuk kegiatan tersebut.
“Presidensi G20 Indonesia ini diharapkan domestik impact-nya lebih tinggi dari pertemuan IMF dan World Bank di Bali 2018 lalu,” pungkas Menko Airlangga. Suhamdani