KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM -Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, KH Tafsir M.Ag berpesan kepada seluruh kader Muhammadiyah, Jateng harus berani ambil bagian dalam politik dan dilarang apatis.
Pasalnya, lancarnya dakwah ditopang oleh tiga unsur yakni kekuasaan, ekonomi dan budaya secara balancing.
Meski begitu dalam berpolitik, kader Muhammadiyah tetap harus memprioritaskan moral serta mengutamakan realisasi visi misi dan program untuk kemaslahatan rakyat.
“Melihat demografi politik sekarang terkait momentum kontestasi serentak 2024, maka kader Muhammadiyah harus berani berpolitik dengan mengambil bagian untuk mencalonkan diri menjadi kepala daerah ataupun wakil kepala daerah,” ungkap KH Tafsir MA dalam Pengajian kader Muhammadiyah di Gedung Dakwah Muhammadiyah Karanganyar, Ahad (2/1/2021).
Lebih lanjut KH Tafsir menjelaskan, dirinya meyakini banyak kader Muhammadiyah
yang memiliki kompetensi SDM untuk maju sebagai calon kepala daerah atau wakil kepala daerah.
Selain itu, visi-misi serta pada tataran membuat program, diyakini kader Muhammadiyah sudah mahir karena terbiasa berorganisasi, sehingga jauh memahami tentang manajemen organisasi baik skala kecil, menengah dan skala besar.
Apalagi lanjut KH Tafsir, organisasi dunia yakni Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun mengakui Muhammadiyah adalah organisasi dengan manajemen paling rapi sedunia.
“Berangkat dari SDM jelas kader Muhammadiyah tidak diragukan, hanya saja yang perlu dipikirkan adalah mensupport tingkat elektabilitas mengingat para pemilih heterogen dengan latar belakang berbeda-beda,” tandasnya.
Untuk itulah menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi kader Muhammadiyah agar mulai berpikir meningkatkan elektabilitas yang jumlah variabelnya sangat banyak namun tetap terukur.
“Kita ambil contoh bagaimana liku perjalanan Bupati Karanganyar Juliyatmono MM yang notabene kader Muhammadiyah sangat piawai berpolitik karena menyadari pentingnya kekuasaan yang sah dan mengikat itu adalah unsur penting dalam melancarkan dakwah,” pungkasnya.
Untuk itu kader Muhammadiyah di daerah perlu belajar politik pada Juliyatmono karena apapun beliau memahami detail sulitnya mengkawinkan politik praktis sebagai politisi dan ruh dirinya sebagai kader Muhammadiyah. Beni Indra