JAKARTA, JOGLOSEMARNWES.COM – Di tengah merebaknya Covid-19 varian Omicron, seorang peneliti di Méditerranée Infection University Hospital Institute (IHU), Prancis menemukan varian baru B.1.640.2 yang disebut varian IHU.
Menurutnya, setidaknya ada 12 kasus infeksi varian terbaru itu di negara tersebut dilaporkan dari daerah dekat Marseilles, sejak November lalu.
Semua kasus itu memiliki riwayat perjalanan ke Kamerun di Afrika, dan masih belum diketahui apakah infeksi IHU juga terjadi di lokasi lain atau negara lain.
Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020, Tjandra Yoga Aditama, sudah mendengar adanya varian itu.
Akan tetapi semuanya masih berdasarkan pernyataan pakar dari Prancis yang melaporkan beberapa kasus yang mereka curigai tertular virus Covid-19 strain B.1640.2.
Nama varian IHU, kata Tjandra, juga muncul karena pakarnya berafiliasi di IHU Méditerranée Infection, sehingga keluarlah berita nama varian IHU.
“Sebaiknya kita tunggu data ilmiah yang lebih jelas, tapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,” ujar dia melalui pesan WhatsApp, Kamis (6/1/2022).
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Jakarta itu menegaskan bahwa tidak ada nomenklatur ‘varian IHU’ dalam Covid-19 karena IHU adalah nama instituti yang salah satu stafnya melaporkan kasus itu, bukan abjad Yunani yang biasa dijadikan patokan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO untuk memberi nama varian baru SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
Menurut aturan International Health Regulation (IHR), jika ada kecurigaan sesuatu penyakit menular yang penting, maka yang resmi melaporkan ke WHO adalah ‘IHR focal point’ di negara itu.
“Tentu sesudah di dalam negeri di analisa mendalam berdasar kemungkinan berbagai laporan pakar di negara itu,” tutur Tjandra.
Jika hanya satu pendapat, Tjandra melanjutkan, maka tentu masih perlu analisa mendalam sebelum nantinya jadi atau tidak sebagai laporan IHR focal point negara itu ke dunia.
“Saya kebetulan pernah menjadi IHR focal point Indonesia selama 5 tahun sejak 2009-2014, sebelum saya bergabung dan menjadi Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara.”
Dan karena varian ini memiliki kode B.1640.2, maka sebenarnya sejak 22 November 2021 WHO sudah menggolongkan B.1640 (tanpa pembagian “.1” atau “.2”) sebagai Variant under Monitoring (VUM), bersama dengan B.1.1.318 dan C.1.2. Disebutkan juga bahwa B.1640 sudah dilaporkan dari beberapa negara sejak September 2021.
Jadi sekarang ini, Guru Besar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu menerangkan, ada tiga varian yang sekarang masuk sebagai VUM.
Dan untuk memberikan penamaannya, ini masih dimonitor untuk tahu bagaimana situasinya.
“Bisa saja sesudah dimonitor lalu dianggap tidak bermasalah dan dimasukkan ke dalam formerly monitored variants,” kata Tjandra sambil menambahkan bahkan jika memang benar-benar bermasalah akan dijadikan Variant of Interest (VoI), dan lainnya.
Menurut Tjandra, sebaiknya masih harus dilakukan pengamatan terlebih dulu bagaimana perkembangan varian B.1640.2 ini.
Tjandra juga meminta agar tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan, apalagi menjadi panik berdasar berbagai analisa yang belum tentu tepat.
“Sebagai informasi saja, sekarang ini ada lima varian yang oleh WHO dimasukkan ke dalam Variant of Cencern (VoC)—termasuk Omicron—dan dua adalah VoI, tentu semua menggunakan nama sesuai abjad Yunani,” ujar Tjandra.