Beranda Daerah Sragen Suara Hati Para Dalang di Sragen, Sebut 3 Poin Paling Menyakitkan dari...

Suara Hati Para Dalang di Sragen, Sebut 3 Poin Paling Menyakitkan dari Ceramah Ustadz Khalid Basalamah!

Bendahara Pepadi Jateng, Ki Medhot Sudarsono (kiri) bersama Ketua Pepadi Jateng, Ki Sunarto Wiroyudo (kanan) saat memberikan keterangan pers sebelum berangkat ke Jakarta untuk melapor ke Bareskrim Polri, Minggu (20/2/2022) malam. Foto/Wardoyo

 

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ceramah ustadz Khalid Basalamah yang menyinggung soal wayang menuai reaksi keras dari kalangan seniman pedalangan di Sragen.

Mereka menyayangkan ceramah sang ustadz yang dinilai mengusik ketentraman dan memicu keresahan kalangan dalang.

Ketua Pepadi Sragen, Ki Sunarto Wiroyudo mengatakan ada tiga poin ceramah Khalid yang dinilai sudah mengusik pelaku seni pedalangan.

Pertama ucapan Khalid yang mengharamkan wayang, lantas memusnahkan wayang dan ketiga agar taubatan nasuha bagi dalang.

Menurutnya, pernyataan itu dinilai sudah sangat menyakitkan para seniman dan praktisi seni pedalangan.

“Pernyataan pertama, kalau wayang dianggap haram, kami para seniman praktisi seni dalang semua sudah silaturahim ke MUI. Yang menentukan garam itu kan MUI dan pasti ada fatwanya. Nyatanya sampai sekarang tidak ada fatwanya. Jadi kurang hati-hati Ustadz Khalid Basalamah itu,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (20/2/2022) malam.

Sunarto menguraikan poin kedua yang akan memusnahkan wayang juga dinilai tidak berdasar.

Menurutnya wayang sebenarnya tradisi masyarakat Jawa khususnya dan umumnya Indonesia yang selama ini sudah menjadi perekat bangsa.

Sehingga sangat tidak beralasan ketika tradisi budaya yang baik harus dimusnahkan.

“Wayang ini sebuah karya jadi tidak sepantasnya memusnahkan wayang,” urainya.

Poin ketiga bahwa ustadz Khalid Basalamah meminta taubatan nasuha bagi dalang, Sunarto menyebut sesuatu yang juga tidak beralasan.

Baca Juga :  Ulang Tahun Partai Nasdem Ke 13 Adakan Donor Darah Bersama di Sragen Jawa Tengah

Sebab dalang adalah sebuah profesi tak ubahnya seperti profesi lain seperti dokter, wartawan dan profesi lainnya.

“Apakah beliau itu tidak memikirkan berapa juta orang di belakang wayang ini. Yang mencari nafkah sumbernya dari wayang ini. Jadi ini rangkaiannya sangat panjang sekali,” ujarnya.

Oleh karenanya, atas tiga poin itu, Pepadi Sragen sudah menentukan sikap mendukung Pepadi pusat dan provinsi untuk melaporkan Khalid Basalamah atas isi ceramahnya yang dinilai tidak mengenakkan seniman.

Sebagai wujud keseriusan, sebanyak 12 pengurus Pepadi Sragen, dalang senior, seniwati hingg dalang muda, Minggu (20/2/2022) berangkat ke Jakarta.

Tidak kalah penting, Sunarto mengajak rekan-rekan seniman dalang lainnya agar tergugah rasa dan ikut bergerak mendukung langkah Pepadi daerah hingga pusat.

Sebab Pepadi adalah organisasi profesi yang memiliki legal formal dan selama ini apa yang dilakukan para seniman dalang diyakini tidak menyalahi hukum tapi justru untuk kemaslahatan orang banyak.

“Ayo kita rasakan yang dalam, masa wayang mau dimusnahkan kita tidak bergerak sama sekali. Padahal selama ini kita hidupnya di wayang, mencari rezeki, mencari nafkah dari wayang. Kenapa sebagian besar tidak tergerak hatinya. Makanya monggo kita sengkuyung bareng-bareng,” tandasnya.

Bendahara Pepadi Jateng, Ki Medhot Sudarsono menyampaikan langkah melapor ke aparat itu dilakukan karena ceramah ustadz Khalid dinilai sudah mengusik perasaan dan meresahkan para seniman dalang.

Baca Juga :  Bupati Yuni Resmikan Sejumlah Ruas Jalan dan Jembatan di Sragen, Sebut Kejar Kekurangan Jalan Mantap 13 %

“Aksi ini sifatnya sebuah perjuangan. Kami berangkat ke Jakarta urunan dan kita dengan sukarela dan kesadaran masing-masing. Pertanyaan saya, salahnya apa sih wayang kok mau dimusnahkan,” ujarnya.

Secara pribadi, Medhot menyampaikan bahwa keinginan para dalang itu merupakan suara hati kalangan seniman dalang yang saat ini dilanda kegelisahan.

Ia juga menggambarkan gerakan itu dilakukan untuk meluruskan hal-hal yang kurang pas dan tidak mengenakkan buntut ceramah Khalid Basalamah.

“Ini wayang namanya bhatara kala. Bentuknya ini raksasa bentuk yang kurang baik. Ini simbol bahwa pergerakan kita bertujuan ingin meluruskan hal-hal yang kurang pas terkait seniman ,” tandasnya. Wardoyo