Beranda Daerah Sragen Tolak Politik Identitas dan Isu-Isu Agama, Bupati Juliyatmono: Yang Kecil Bisa Makin...

Tolak Politik Identitas dan Isu-Isu Agama, Bupati Juliyatmono: Yang Kecil Bisa Makin Tertindas!

Bupati Karanganyar, Juliyatmono. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sekretaris DPD I Golkar Jawa Tengah sekaligus Bupati Karanganyar, Juliyatmono mengaku tak sependapat dengan cara-cara berpolitik yang memanfaatkan labelisasi kelompok tertentu atau politik identitas.

Sebaliknya, ia menilai politik identitas yang biasanya memanfaatkan isu-isu agama harus ditekan dan dikurangi.

Politik identitas itu seharusnya mulai dikurangi. Kalau hilang saya rasa sulit, yang mungkin adalah dikurangi dan ditekan, diperkecil. Karena politik kayak gitu tidak sehat,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM ditemui saat menghadiri undangan halal bihalal dan gelar budaya di Tegalrejo, Gondang, Sragen, Jumat (13/5/2022) malam.

Bupati yang akrab disapa Pak Yuli itu menuturkan dalam negara demokrasi, perbedaan pendapat dan gagasan itu wajar adanya.

Yang tidak boleh adalah ketika mengemukakan perbedaan sampai menyentuh ranah privacy.

Baca Juga :  Sudaryono Janjikan Hadiah Motor Nmax bagi Kader Peraih Suara Terbanyak dalam Upaya Menangkan Bowo-Suwardi di Pilkada Sragen 2024

Kemudian perbedaan itu juga mestinya tak disampaikan sampai menyinggung atau memancing-mancing hal-hal yang bersifat privat maupun label tertentu.

Politik identitas itu mestinya tidak perlu dikemukakan. Karena itu justru memperuncing karena itu akan menjadi saling menginjak, kekuatannya menjadi kekuatan kuantitas, kalau kuantitas tidak bisa ya, maka yang kecil makin tertindas. Makanya ini harus dikurangi,” terangnya.

Bupati Karanganyar sekaligus Sekretaris DPD I Golkar Jawa Tengah, Juliyatmono saat menyampaikan sambutan dalam acara halal bihalal dan gelar budaya di Desa Tegalrejo, Gondang, Sragen, Jumat (13/5/2022) malam. Foto/Wardoyo

Meski sulit untuk dihindari, Yuli yang disebut siap maju ke Pileg DPR RI 2024 itu menyebut sudah saatnya politik identitas dan labelisasi kelompok itu tak ditonjolkan.

Terlebih di situasi negara Indonesia yang memiliki keberagaman suku, agama, ras dan lainnya.

“Politik pakai label-label itu harus ditekan. Karena negara kita itu banyak keragaman. Keragaman itu kan potensi, kalau di-manage (dikelola) dengan baik akan luar biasa indah. Makanya berpolitik itu tidak boleh menggunakan cara dengan memainkan isu-isu agama, semua orang beragama. Ya supaya politik itu cair,” tandasnya. Wardoyo