SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Mencuatnya kasus dugaan penipuan berkedok investasi spare part di Sragen dengan korban puluhan kalangan jetset dan pejabat tinggi di beberapa wilayah, perlahan mulai memunculkan fakta menarik.
Selain menyasar kalangan pejabat teras dan pengusaha kondang berkantong tebal, aksi tersebut ternyata juga menyasar sejumlah petinggi TNI dan Polri yang pernah menduduki jabatan penting di Sragen dan sekitarnya.
Ironisnya, hanya dengan iming-iming keuntungan berlipat, kalangan tajir itu dengan mudahnya tergoda untuk ikut bergabung menanamkan investasi yang digawangi oleh pengusaha berinisial IS (55) asal Sragen Kota itu.
Mereka tergiur menanamkan investasi mulai ratusan juta hingga miliaran rupiah.
“Ada mantan pejabat TNI yang setor modal di atas Rp 1 miliar. Lalu ada mantan petinggi Polri di Sragen waktu itu juga tergoda sampai rumahnya diagunkan untuk nyari pinjaman ke bank Rp 2 miliar dimasukkan juga. Yang paling besar setahu saya ada seorang mantan Polri juga sampai nyari pinjaman Rp 7 miliar untuk ikut investasi itu,” ujar T, salah satu pengusaha kondang asal Sragen yang juga menjadi korban kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Rabu (6/7/2022).
Selain itu, ada beberapa pejabat Polri yang sekarang berpangkat tinggi ikut menyetor sekitar Rp 400 juta semasa bertugas di Polda Jateng atau di Soloraya.
Tidak hanya itu, beberapa mantan petinggi TNI yang kala itu sering kumpul dan satu komunitas dengan IS, juga kena.
Ada yang menyetor modal antara Rp 250 juta hingga Rp 1 miliar. T sendiri mengaku ikut bergabung sekitar tahun 2015 dan menanam investasi senilai Rp 3,7 miliar.
Investasi itu awalnya diberikan karena terduga pelaku membutuhkan modal untuk membeli pabrik yang terbakar di Jawa Timur.
Lantaran sudah kenal, ia tak menaruh curiga. Terlebih, saat ia kroscek, mayoritas penanam modal yang sudah lebih dulu gabung ternyata juga pejabat, petinggi TNI Polri dan pengusaha yang ia kenal.
“Yang ditawarkan investasi spare part mesin industri tekstil second. Bilangnya nanti bagi hasil tiap bulan dapat keuntungan antara 5 sampai 15 persen dari modal yang disetor. Waktu itu saya yakin karena ternyata yang gabung dan masuk orang hebat-hebat semua. Rata-rata orang kaya dan pejabat semua,” urainya.
Namun dalam perjalanannya, ternyata janji keuntungan bagi hasil itu macet di tengah jalan. Padahal sebagian besar korban baru menerima dua kali bagi hasil.
Dari macet itulah, para penyetor modal mulai curiga. Alih-alih dapat setoran bagi hasil, ternyata terduga pelaku juga kesulitan saat diminta mengembalikan setoran modal oleh para korban.
“Sempat saya tanya, uangnya itu dipakai untuk apa, dia bilang gali lubang tutup lubang. Tapi saya cek ke usahanya bengkel memang masih jalan tapi omzetnya tidak sesuai yang diomongkan. Bilangnya miliaran tapi kalau dilihat omzet usahanya hanya Rp 150-an juta,” urainya.
Dengan sudah ada laporan ke Polres, para korban masih berharap pelaku beritikad baik mengembalikan modal milik korban.
Namun jika sekiranya harapan itu tidak bisa dipenuhi, maka pelaku harus mempertanggungjawabkan atas perbuatannya melalui proses hukum.
“Saya bukti transfer dan rinciannya ada. Korban yang melapor Polres itu malah lengkap ada surat perjanjian, kesepakatan kerjasama dan bukti penyerahan uang modal. Makanya harapan kami polisi segera bertindak mengusut kasus ini biar ada kepastian hukum,” tegasnya.
Sementara, dikonfirmasi JOGLOSEMARNEWS.COM , Kapolres Sragen AKBP Piter Yanottama membenarkan memang ada aduan dari salah satu pejabat teras di Sragen soal kasus dugaan penipuan investasi itu.
Menurutnya saat ini kasus itu masih dalam tahap pendalaman dan pengumpulan keterangan serta alat bukti.
Kapolres menyebut penanganan kasus itu memang butuh kecermatan dan kehati-hatian. Sebab harus dipastikan lebih dulu apakah kasus itu lebih kuat mengarah pada tindak pidana atau perdata.
“Masih kita dalami. Perkembangan penanganan juga selalu kami sampaikan melalui SP2HP (surat pemberitahuan perkembangan hasil penyelidikan). Kalau aduannya kami terima dari salah satu korban. Kalau infonya banyak korban sampai petinggi TNI Polri, kami malah belum tahu. Ini masih kita tangani tapi kan harus hati-hati,” tandasnya. Wardoyo