Beranda Daerah Boyolali Harga Telur Ayam Ras Melonjak, Ini Reaksi Peternak di Boyolali

Harga Telur Ayam Ras Melonjak, Ini Reaksi Peternak di Boyolali

Seorang pengusaha peternak telur ayam ras di Boyolali / Foto: Waskita

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM Kenaikan harga telur ayam ras belakangan membuat peternak tersenyum lebar. Di pasar tradisional di Boyolali, harga telur kini berkisar Rp 28.000 hingga Rp 30.000/kg.

Meski mengaku senang dengan kenaikan harga telur, peternak di Boyolali juga merasa aneh. Pasalnya, saat ini masih bulan Sura.

Di mana tak banyak masyarakat yang menggelar hajatan. Karena mestinya, permintaan sedikit  menjadikan harga telur ayam rendah.

“Kini ternyata harga telur malah naik drastis, ini sebenarnya aneh,” ujar Tukinu, Pengurus Paguyuban Peternak Ayam Petelur Boyolali, Kamis (18/8/2022).

Pasalnya, saat ini masih bulan Sura. Dimana tak banyak masyarakat yang menggelar hajatan. Karena permintaan sedikit  menjadikan harga telur ayam rendah. Ternyata harga telur kini malah naik drastis.

Dia menduga, naiknya harga telur ayam ini disebabkan adanya program keluarga harapan (PKH) yang digulirkan pemerintah. Sehingga mendorong pihak- pihak terkait melakukan persiapan dengan menyetok telur dalam jumlah banyak.

Belum lagi, populasi ayam petelur juga berkurang cukup banyak sebagai dampak pandemi Corona tahun lalu. Dimana saat itu, harga telur ayam ras merosot drastis. Akibatnya, banyak peternak harus nombok biaya pakan sehari-hari.

Baca Juga :  Heboh Masalah Susu di Boyolali, Giliran Komisi IV DPR RI Kunjungi KUD Mojosongo, Boyolali, Ini yang Dilakukan

Harga telur saat itu hanya berkisar Rp 14.000 – Rp 15.000 per kg. Padahal, peternak baru bisa Break Event Poin (BEP) atau impas jika harga telur per kilogramnya itu Rp 21.600. Praktis, peternak mengalami kerugian Rp 5 ribu/kg/hari.

“Karena tak kuat menanggung kerugian, banyak peternak yang terpaksa mengurangi populasi ternaknya. Bahkan ada yang sampai gulung tikar dan mengosongkan kandangnya. Di Winong,  Boyolali Kota saja, populasi ayam berkurang antara 30-40 persen.”

Apalagi, rendahnya harga telur ayam saat itu berlangsung cukup lama, hampir 1 tahun. Tukinu yang memiliki ayam petelur 5.000 ekor juga mengaku menderita kerugian besar. Jika dihitung, kerugian yang dialami mencapai Rp 240-an juta.

“Bahkan ada yang rugi hingga puluhan miliar rupiah, tergantung jumlah ayamnya.”

Tak salah, jika peternak saat ini sulit mengembalikan populasi ayam petelur. Peternak masih dibebani membayar hutang di bank. Selain modal tergerus, peternak juga masih was- was jika sewaktu- waktu harga telur anjlok lagi.

Baca Juga :  Sesepuh PDIP Boyolali Tanggapi Santai Hasil Lembaga Survei Proximity

“Produksi telur dari para peternak Winong kini tinggal 35- 40 ton dari produksi sebelumnya yang mencapai 50 ton per hari. Nampaknya sulit bagi peternak untuk bangkit seperti sebelum pandemi.” Waskita