SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Warga Kelurahan Gandekan, Solo mendapat ilmu baru tentang pembuatan eco-enzyme yang dibuat dengan memanfaatkan sampah rumah tangga.
Ilmu tersebut diperoleh warga dalam acara sosialisasi pembinaan dan workshop Pendampingan Pengelolaan Sampah Mandiri yang digelar oleh mahasiswa KKN kelompok 19 UNS, Minggu (21/8/2022).
Sosialisasi tersebut menghadirkan narasumber Denok Marty Astuti, SE, seorang pembawa perubahan dalam gerakan Changemakers Nusantara yang diinisiasi oleh Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB).
Ketua KKN kelompok 19 UNS, Febry Muhammad Afriansyah menjelaskan, acara sosialisasi tersebut dihadiri oleh karang taruna, Ibu-ibu PKK hingga para petugas sampah.
Dalam pertemuan tersebut, warga memperoleh banyak ilmu, seperti pemanfaatan sampah untuk menjadi kompos, mekanisme bank sampah portable, cara mengolah sampah menjadi produk bernilai jual dan lain-lain.
Febry menjelaskan, sosialisasi yang digelar oleh mahasiswa KKN kelompok 19 UNS tersebut adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Gandekan dalam mengolah sampah agar bisa menjadi berkah.
“Sehingga sampah dapat diolah menjadi produk yang dapat meningkatkan nilai ekonomi,” ujar Febry.
Dalam sosialisasi tersebut, Denok Marty Astuti mempraktikkan secara langsung pembuatan eco-enzyme, sebuah produk berbahan sampah yang dapat berfungsi untuk mencuci.
Melalui pendampingan oleh Denok Marty Astuti, warga menjadi tahu bagaimana membuat eco- enzyme sendiri. Mula-mula, sampah organik dimasukkan ke dalam ember yang ada penutupnya.
Namun sebelumnya, pada bagian bawah ember tersebut diberi saluran selang. Setelah sampah organik dimasukkan, kemudian disemprot menggunakan zat EM4, kemudian ditutup rapat.
Setelah ditunggu beberapa hari, maka campuran tersebut akan menhasilkan cairan yang dapat digunakan untuk mencuci.
“Artinya, sampah yang semula dipandang tidak berguna, dengan penanganan tertentu bisa bermanfaat untuk kepentingan manusia. Dan ini bisa dipraktekkan sendiri oleh warga,” ujarnya.
Selain mempraktikan pembuatan eco-enzyme, masyarakat Kelurahan Gandekan juga diajak untuk memiliki minimal satu bank sampah portable.
“Bank sampah portable ini tidak memerlukan tempat dan saya siap mendampingi” ujar Denok.
Untuk memulai bank sampah portable, seluruh alat dan bahan akan disediakan oleh Denok, termasuk buku tabungan sebanyak 50 buku bagi 50 orang pertama yang mendaftarkan diri menjadi nasabah bank sampah.
Hal itu dilakukan agar tidak membebani masyarakat setempat yang hendak mempraktikkan pengelolaan sampah melalui bank sampah portable.
Melalui momentum tersebut, RW 07 sekaligus dipilih sebagai RW penggerak bank sampah portable pertama di Kelurahan Gandekan.
Kegiatan sosialisasi tersebut berlangsung dengan lancar. Banyak peserta sosialisasi yang hadir antusias dengan mengajukan pertanyaan seputar pengolahan sampah.
Menanggapi hal itu, Ketua RW 07 Kelurahan Gandekan, Joko mengaku sanat senang dan berterima kasih. Ia bertekad RW 07 bakal merealisasikan bank sampah di Kelurahan Gandekan.
“Selain lingkunan menjadi bersih, kondisi ekonomi warga juga bisa meningkat,” ujarnya. Redaksi