Beranda Daerah Boyolali Efek Kemarau Panjang, Sembilan Kecamatan di Boyolali Masuk Darurat Kekeringan

Efek Kemarau Panjang, Sembilan Kecamatan di Boyolali Masuk Darurat Kekeringan

Kepala BPBD Boyolali, Suratno. Waskita

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Kemarau panjang mengakibatkan bencana kekeringan di wilayah Kabupaten Boyolali semakin meluas. Semula hanya enam kecamatan masuk wilayah darurat kekeringan, namun kini bertambah tiga kecamatan.

Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Boyolali, Suratno menjelaskam, sesuai SK Bupati, hanya enam kecamatan yang masuk darurat kekeringan. Yakni, Kecamatan Kemusu, Wonosegoro, Wonosamudro, Juwangi, Musuk dan Tamansari.

Namun kini bencana kekeringan meluas ke Kecamatan Selo, Cepogo dan Klego. “Secara faktual, dampak kekeringan kini agak meluas. Desa Senden, Kecamatan Selo dan Desa Gubug, Kecamatan Cepogo, juga Klego juga mulai terdampak,” ujarnya, Senin (4/9/2023).

Terkait hal itu, BPBD akan kembali mengusulkan perubahan SK Bupati tentang siaga bencana kekeringan. Agar masyarakat terdampak kekeringan di luar wilayah yang sebelumnya ditetapkan bisa mendapat bantuan air bersih.

Diungkapkan, kondisi paling parah terdampak kekeringan di Kecamatan Wonosamudro dan Wonosegoro. Ada beberapa desa yang rutin mendapat bantuan seperti Desa Repaking, Bengle, Jatilawang dan lainnya.

Baca Juga :  Gesekan Antar Perguruan Silat di Boyolali Utara, 15 Anggota Diamankan

“Untuk mengakomodir pemintaan air, kami juga bekerjasama dengan pihak terkait melalui dana tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL),” katanya.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Boyolali, Suparman menambahkan, permintaan bantuan air terus berdatangan. Terutama dari daerah Boyolali Utara. Dampak kekeringan juga meluas dan menjadi yang terburuk selama beberapa tahun terakhir.

“Dampak kekeringan kini meluas ke Kecamatan Selo, Cepogo ada beberapa RT dan terbaru dari Klego meskipun secara resmi suratnya belum sampai ke kita,” katanya.

Setiap hari, BPBD melakukan dropping 6 tangki air ke berbagai wilayah terdampak. Padahal, tahun ini sesuai SK Bupati, anggaran dana bencana kekeringan tahun ini hanya 180 tangki. Sehingga dropping air telah melebihi alokasi persediaan air bersih.

Semula disiapkan 180 tangki untuk bantuan air bersih, ternyata sudah sampai hari ini mencapai 189. Untuk itu, pihaknya mengajukan anggaran perubahan sekitar Rp 77 juta.

Baca Juga :  Alif Basuki, Pemerhati Kebijakan Publik Wanti-wanti Kades Cairkan Bankeu Ini Alasannya

“Itu nanti untuk seratusan tangki air bersih untuk bantuan hingga Desember,” ujarnya.

Ditambahkan, idealnya dropping dilakukan 4-5 hari sekali ke titik terdampak. Namun, kini desa terdampak terutama di Kecamatan Wonosegoro, Wonosamudro dan Kemusu hampir setiap hari meminta bantuan air bersih. Waskita