Beranda Daerah Solo Pedagang Terang Bulan Keliling di Jl. Urip Sumoharjo Solo: Demi Rezeki, Hujan...

Pedagang Terang Bulan Keliling di Jl. Urip Sumoharjo Solo: Demi Rezeki, Hujan dan Razia Petugas Tak Jadi Halangan

Seorang pedagang terang bulan tengah menjajakan dagangannya di Jalan Urip Sumoharjo dengan sepeda ontel | Foto: Syahla Ayu Yasinta

SOLO, JOGLOSEMARNEWS – Terang bulan jadul menjadi salah satu kuliner lawas yang masih banyak digemari di Solo. Pada malam hari, masyarakat dapat dengan mudah menemukan terang bulan jadul di sentra terang bulan jadul yakni tepat di sepanjang Jalan Jenderal Urip Sumoharjo.

Meskipun dikenal sebagai jajan lawas, terang bulan tidak kehilangan eksistensinya di tengah banyaknya bermunculan jajanan dari luar negeri. Dijual dengan harga mulai dari Rp 5.000, terang bulan jadul dapat dengan mudah ditemukan oleh para pedagang keliling. Tapi, terang bulan jadul ini dapat lebih mudah ditemukan di sepanjang Jalan Jenderal Urip Sumoharjo, Kota Solo, pada malam hari.

Banyaknya pedagang terang bulan di sepanjang jalan tersebut, berawal dari satu pedagang yang laris berjualan terang bulan jadul di Jalan Jenderal Urip Sumoharjo. Kemudian hal ini menarik minat pedagang terang bulan jadul lainnya untuk turut berjualan juga di sepanjang jalan tersebut. Oleh karena itulah, Jalan Jenderal Urip Sumoharjo ini dikenal sebagai sentra terang bulan jadul.

Agus (43), salah satu pedagang terang bulan yang telah berjualan selama lebih dari dua tahun di sentra tersebut menyatakan bahwa ia terbiasa berjualan dari pukul 19.00 WIB hingga pukul 03.00 WIB. Setiap hari, Agus yang mengambil bahan terang bulan jadul dari pabriknya itu mampu meraih keuntungan bersih lebih dari Rp 100.000 tiap harinya.

“Untuk keuntungan kalau saya ya sekitar Rp 300.000 – Rp 400.000, tapi itu belum bersih, soalnya belum belanja selai dan barang-barang lain, bisa ambil untung bersih sekitar Rp 100.000 lebih tergantung ramai atau enggak,” ujar Agus (2/8/2024).

Baca Juga :  Sowan Jokowi, Fatayat NU Jateng Dapat Pesan Tentang Ini

Dalam menawarkan terang bulan jadul jualannya, Agus berupaya menarik konsumen dengan menawarkan rasa original dan pandan serta memberikan tambahan isi dengan rasa yang banyak diminati seperti cokelat, choco cruncy, green tea, dan beragam rasa lainnya.

Andreas (21), salah satu konsumen mengatakan bahwa rasa dari terang bulan jadul milik Agus enak dan lezat. Ia pernah mencoba membandingkan dengan terang bulan dari pedagang lainnya.

Menurutnya terang bulan yang biasa menjadi langganannya tersebut memiliki isian yang pas.

“Mungkin bedanya ada diisian ya, biasanya saya beli itu proporsi isiannya pas, jadi enggak terlalu manis banget,” kata Andreas,  yang selalu langganan terang bulan jadul milik Agus.

Dengan hanya mengambil bahan yang sudah jadi dan memberikan tambahan isi, bukan berarti Agus selalu mendapatkan keuntungan dalam berjualan. Namun, ia juga pernah mendapat kerugian.

Menjadi pedagang keliling seperti Agus memang cukup banyak tantangan, mulai dari cuaca hingga razia dari petugas. Ia mengaku pernah mengalami hari-hari sial  karena cuaca yang tidak mendukung.

“Pernah suatu  ketika pas malam Minggu,  saya pesan banyak banget ya, 100 buah lebih. Ternyata waktu itu hujan dari setelah maghrib sampai subuh, jadi benar-benar dikit banget yang laku,”  kenangnya.

Agus pun mengaku pernah beberapa kali harus pontang-panting karena terkena razia petugas Satpol PP.  Terkadang sempat kepikiran, apa sih salah para pedagang keliling seperti dirinya, toh ia tidak menggunakan lahan milik siapapun?

Baca Juga :  Perpina DPD Jawa Tengah Gandeng BPJS Kesehatan Gelar Diskusi Nasib dan Kesejahteraan Pekerja

Sekalpun demikian, semangat Agus dan para pedagang terang bulan jadul lainnya di Jalan Jenderal Urip Sumoharjo ini tetap membara meski beberapa kali ada razia dari aparat. Karena hanya  dengan berjualan terang bulan jadul inilah ia mampu menghidupi keluarganya.

Agus hanya bisa berharap agar ia dan para pedagang terang bulan lainnya tidak dipersulit untuk berjualan.

“Harapannya tidak terlalu dipersulit, kan kita jualan di pinggir jalan kadang-kadang kalau dari aparat yang perkotaan itu penginnya kadang-kadang enggak boleh. Jadi kalau bisa jangan terlalu ketat banget kan kasihan. Saya ngelihat teman-teman juga kebanyakan mengandalkan nafkah dari sini. Kan pernah di Razia itu kita enggak bisa jualan semua ya alasannya kota ini ada tamu gitu ya jadi harus bersih,” jelas Agus. Syahla Ayu Yasinta