KLATEN, JOGLOSEMARNEWS.COM -Kelas Tular Nalar Sekolah Kebangsaan kerja bareng Mafindo Soloraya dan SMKN 2 Klaten berlangsung gayeng dan seru. “Memilih itu bukan sekadar nyoblos. Memilih pemimpin sama dengan menentukan masa depan,” ujar Kepala SMKN 2 Klaten, Muhammad Woro Nugroho, S.Pd, M.Eng, kepada seratusan anak didiknya yang mengikuti kegiatan Sekolah Kebangsaan Tular Nalar, di Aula MS, SMKN 2 Klaten, Rabu (21/8).
Dalam sambutan pembukaan acara, Woro mengingatkan kepada anak didiknya, menjelang Pilkada yang akan datang, anak-anak perlu memiliki nalar kritis dalam menerima informasi. “Kalian tentu masih ingat P5, Profil Pelajar Pancasila. Salah satu kompetensinya adalah bernalar kritis. Karena itu, kita sangat gembira Mafindo mengajak siswa-siswi sekolah kita untuk belajar bernalar kritis,” imbuh Woro.
Kemampuan menyaring informasi, lanjut Woro, akan membantu anak-anak untuk mengambil pilihan yang tepat saat memberikan suaranya pada 27 November mendatang. Mafindo Soloraya menurunkan 10 orang fasilitator dan 5 orang tim pelaksana untuk mengawal kegiatan Sekolah Kebangsaan TN Mafindo kali ini.
Sebanyak 100 orang peserta yang dibagi ke dalam 10 kelompok diajak untuk berdiskusi tentang empat tema utama, masing-masing tentang Pemilu/Pilkada, demokrasi, mengindera hoaks, dan mewaspadai sanksi penyebar hoaks. Tagline Sekolah kebangsaan kali ini adalah #GenZBisaMilih #FasihDemokrasi. Acara yang berjalan total hampir selama 4 jam tanpa jeda, ternyata tidak membuat para siswa peserta mengantuk atau kehilangan minat.
“Kegiatannya sangat seru dan sangat membantu untuk teman-teman yang belum semuanya tahu tentang politik,” ujar Rasya, salah seorang peserta dari Kelas XII SIJA A.
Salah seorang fasilitator, Luthfiyah OJ, mengaku gembira dengan respons para peserta. “Di kelompok saya, para peserta aktif berdiskusi dan menanyakan beberapa hal. Ada yang bertanya ‘Kenapa Yogyakarta tidak melakukan Pilkada, lalu apakah Pilkada juga diadakan di luar negeri’.”
Di bagian lain, Arief H, dari Kelas XII SIJA B mengatakan, “Saya mendapat pengetahuan mengenai Pemilu dan Pilkada, demokrasi serta bagaimana menindaklanjuti hoaks. Saya jadi paham konsep Pemilu dan apa saya yang tidak boleh kita lakukan saat Pemilu/Pilkada berlangsung.”
Aktivitas paling seru terjadi saat peserta diajak bermain Gim Distorsi Informasi. Para peserta permainan diminta menyampaikan informasi secara berantai, di mana informasi awalnya hanya berupa gambar bergerak (video) tanpa suara dengan durasi hanya beberapa detik. Ruang Aula MS yang menjadi lokasi kegiatan pun menjadi riuh rendah oleh suara celetukan dan gelak tawa para peserta. Satyawatie