SLEMAN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Curhatan sejarahan Peter Carey di Facebook mengenai sulitnya menemukan akademisi yang berintegritas, telah memantik Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Univesitas Gadjah Mada (UGM) melakukan penelusuran mendalam.
FIB UGM kini berupaya mendalami dan menyelidiki tuduhan plagiarisme yang diduga dilakukan dosen sejarah.
Unggahan dari Peter Carey tersebut, diketahui telah memantik terjadinya diskusi di media, terkait dnegan plagiarisme di kalangan akademisi.
“Pada ujung 2019, awal 2020, saya diberitahu oleh teman saya di Madiun bahwa baru-baru ini terjadi plagiat terstruktur dan masif atas Bab 6 dari buku saya, Kuasa Ramalan,” kata Peter Carey dalam tulisan tersebut.
Tak pelak, unek-unek Peter Carey itu pun menyebar di media sosial.
Pada tulisan itu, Carey menulis ada sejarawan di universitas paling mentereng di Jawa Tengah selatan telah menggendol semua penelitiannya mengenai pemberontakan Bupati Wedana Madiun, Raden Ronggo Prawirodirjo III (1779-1810).
“Tindakan demikian tidak hanya merugikan saya sebagai pengarang, tapi juga penerbit saya dan sponsor untuk cetakan pertama dan kedua buku tiga jilid itu (Yayasan Arsari dan Pertamina),” jelasnya.
Selanjutnya, Peter Carey mengatakan universitas tersebut tidak mau mengakui kesalahan berupa plagiat massif yang meraih ratusan juta rupiah.
“Sejak itu, saya menjadi persona maxima non grata di universitas tersebut sebab tidak mau memberi maaf kepada suatu tindakan yang curang itu,” tukas Peter Carey.
Banyak dari warganet yang kemudian menduga universitas yang dimaksud oleh Peter Carey adalah UGM.
Dekan FIB UGM, Prof. Dr. Setiadi, S.Sos., M.Si mengaku pihaknya menanggapi dengan serius persoalan plagiarisme yang menyadur buku Kuasa Ramalan.
“Saya membentuk tim untuk mendalami tuduhan itu dan hasilnya akan disampaikan dalam waktu secepatnya,” tukas dia, Senin (4/11/2024).