WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan pelatihan pembuatan pupuk organik cair (POC) dari limbah dapur di Dusun Ngelo, Desa Conto, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri, Minggu (20/10/2024). Kegiatan tersebut menggandeng Kelompok Wanita Tani (KWT) setempat sebagai peserta.
Sebagaimana diketahui, Desa Conto dikenal sebagai kawasan dengan pekarangan rumah yang banyak ditanami sayuran. Sebagian besar warganya juga bertani, menghasilkan produk perkebunan seperti kopi, cengkeh dan tembakau.
“Namun limbah organik dari dapur maupun kebun kerap terbuang percuma tanpa pengolahan, dan hanya dibakar bersama sampah lainya sehingga menimbulkan asap polusi dan mencemari lingkungan,” jelas Ketua KKN UNS, Akmal Baihaqi seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.
Melihat permasalahan tersebut, mahasiswa KKN UNS Program Studi Pengelolaan Hutan berinisiatif mengadakan sosialisasi pengelolaan sampah organik sekaligus pelatihan pembuatan POC sebagai solusi ramah lingkungan.
Sosialisasi dan Praktik Langsung
Pelatihan dimulai dengan pemaparan materi mengenai manfaat POC bagi tanaman dan lingkungan. Mahasiswa menjelaskan konsep dasar pembuatan POC, termasuk bahan-bahan yang dibutuhkan seperti limbah rumah tangga berupa sisa sayuran, buah, atau dedaunan, air, dan cairan fermentasi EM4. Peserta juga diajak memahami proses fermentasi hingga aplikasi pupuk pada tanaman.
Setelah mendapatkan teori, ibu-ibu KWT mempraktikkan pembuatan POC menggunakan limbah dapur yang telah mereka bawa dari rumah. Dalam praktik tersebut, mahasiswa KKN mendampingi secara langsung, menjawab pertanyaan, dan mendorong diskusi interaktif.
Respon Positif dari Peserta
Pelatihan tersebut mendapat sambutan hangat dan respons yang positif dari peserta.
“Kami sangat terbantu dengan pengetahuan baru ini. Limbah dapur yang biasanya terbuang bisa dimanfaatkan untuk tanaman di pekarangan rumah,” ujar salah satu anggota KWT.
Mahasiswa KKN UNS berharap kegiatan itu dapat mengurangi jumlah sampah organik yang terbuang sekaligus meningkatkan kesadaran warga tentang pentingnya penggunaan pupuk organik.
“Semoga pelatihan ini bisa menjadi langkah awal bagi warga untuk beralih dari pupuk kimia ke pupuk organik yang lebih ramah lingkungan,” ujar salah satu mahasiswa.
Ibu Sri, Ketua KWT mengatakan, “Kegiatan itu tidak hanya menjadi solusi bagi pengelolaan limbah, tetapi juga mendukung pertanian berkelanjutan di Desa Conto”. [Redaksi]