SRAGEN– Bekerja di area yang bersentuhan dengan politik seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU), tentu bukan hal yang mudah, apalagi bagi seorang perempuan. Komplain, protes hingga tekanan sepertinya menjadi bagian tak terpisahkan dari tugas sebagai komisioner.
Namun, hal itu tak berlaku bagi Dyah Nur Widowati. Komisioner KPU Sragen periode 2013-2018 kelahiran 5 Januari 1977 itu mengakui komplain dan protes memang sering menghampiri, terutama jika ada sosialisasi aturan baru dari KPU RI yang mendadak dan tiba-tiba.
“Misalnya hari ini baru sosialisasi SE ini, besok tiba-tiba sudah ada SE baru dari KPU pusat. Di situ kadang kita sering dikomplain dikira kita yang bikin aturan mendadak. Padahal kita di daerah hanya menjalankan perintah hierarki dari KPU RI,” ujarnya.
Tak hanya komplain, istri Aiptu Toto Heru Sunarto itu juga mengakui tak jarang dihampiri ancaman dan tekanan. Pengalaman ini pernah ia terima dari beberapa calon yang gagal di pemilihan calon legislatif (Pileg) 2014 lalu.
Meski demikian, ia mengaku tetap enjoy dan tak keder. Selain jiwanya yang memang suka tantangan dan kerja keras, menurutnya tekanan itu sesungguhnya justru memberi hikmah dan kenikmatan apabila diterima dengan lapang hati.
“Biasanya soal pemahaman aturan. Tapi bagi saya enjoy saja karena tekanan itu kalau dinikmati justru enak. Dengan dikomplain atau ditekan, maka akan membuat kita semakin terpacu untuk banyak belajar karakter teman-teman. Belajar lebih intens lagi memahami regulasi dengan baik dan mengeksplor pemahaman soal peraturan,” urainya.
- Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
- Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
- Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
- Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com