Mbah Moedjair Inilah Penemu Ikan Mujair di Indonesia

    Mbah Moedjair/Tribunnews

    Orang mungkin sudah mahfum bila sebuah benda dinamakan berdasarkan nama penemu. Namun bagaimana dengan nama ikan mujair yang sering kita kenal selama ini?  ternyata, nama ikan Mujair ini juga dinamakan berdasarkan penemunya, mbah Mudjair.

    Mbah Moedjair memiliki nama asli Iwan Dalauk. Namun dia lebih dikenal dengan nama Mbah Moedjair. Mbah Moedjair lahir di Desa Kuningan, 3 km arah timur pusat kota Blitar pada 1890.

    Dia adalah anak keempat dari sembilan bersaudara pasangan Bayan Isman dan Rubiyah. Moedjair menikah dengan gadis bernama Partimah di desanya.

    Dari pernikhan itu, dia dikaruniai tujuh anak. Dia merupakan sosok penemu dari spesies ikan yang kemudian diberi nama Ikan Mujair.

    Cerita mengenai penemuannya tersebut lantas dikisahkan Afwa AL Khawarizmi di Facebook pada Minggu (27/1/2018).

    Sebelumnya, telah banyak yang mengisahkan mengenai sosok Moedjair. Namun meskipun namanya terkenal, sosoknya tidak begitu dikenal masyarakat.

    Moedjair adalah pegawai desa dari Desa Papungan, Kanigoro, Blitar. Suatu hari pada tahun 1936, Moedjair pergi ke Teluk Serang yang terletak di laut selatan.

    Di sana, dia menemukan berbagai jenis ikan yang belum diketahui sebelumnya. Dia membawa pulang lima jenis ikan itu. Dia pun memelihara lima jenis ikan itu di kolam pekarangan rumah.

    Ternyata, satu jenis ikan berkembang cepat. Bahkan ikan itu bisa bertelur dengan cara menyimpannya di dalam mulut hingga masa menetas jadi anak ikan.

    Seiring waktu, ikan ini mendapat perhatian warga desa. Kabar itu sampai ke telinga Schuster, kepala penyuluhan perikanan di Jawa Timur.

    Dia berkunjung ke Papungan untuk melihat ikan temuan Moedjair. Ternyata ikan tersebut diidentifikasi sebagai Tilapia mossambica, yang berasal dari Afrika.

    Dengan cepat ikan temuan Moedjair dibudidayakan karena cepat bertelur, pertumbuhannya cepat, dan mudah beradaptasi dengan segala lingkungan air mulai kolam hingga rawa-rawa.

    Menurut K. F. Vaas dan A. E. Hofstede dalam Studies on Tilapia Mossambica Peters (ikan Moedjair) in Indonesia, ketika menghadiri Konferensi Ahli-ahli Perikanan Darat pada November 1939, Schuster mengemukakan mengenai ikan temuan Moedjair.

    Atas temuan ini, Tilapia mossambica mendapat nama lokal: ikan mujair.

    Pemerintah Hindia Belanda, tulis harian Pedoman edisi 27 Agustus 1951, mengapresiasi usaha Moedjair membudidayakan ikan mujair dengan memberinya santunan sebesar Rp 6,- per bulan.

    Saat pendudukan Jepang, ikan mujair kian populer. Pasukan Jepang, seperti tercatat dalam Tilapia: Biology, Culture, and Nutrition suntingan Carl D.

    Webster dan Chhorn Lim, membawanya ke seluruh daerah untuk dibudidayakan dalam tambak-tambak.

    Moedjair pun diangkat sebagai pegawai negeri tanpa harus mendapat beban kerja.

    Enam tahun setelah Indonesia merdeka, Moedjair menerima surat tanda jasa dari Kementerian Pertanian atas jasanya sebagai penemu dan perintis perkembangan ikan mujair.

    Pada era Orde Baru, ikan mujair masih menjadi santapan favorit masyarakat. Sejak 1982, sebagaimana termuat dalam Laporan Pelita IV 1984-1989, program pengembangan aneka ikan dilaksanakan pemerintah dengan menyebarkan bibit ikan mujair dalam kolam pekarangan dan waduk-waduk. Tribunnews