BANJARNEGARA – Dalam keadaan darurat, apapun dapat digunakan sebagai alat untuk menolong sesama yang mbutuhkan pertolongan. Tak terkecuali dengan alat berat bernama backhoe ini.
Sebagaimana diketahui, longsor di Desa Paweden, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, menyisakan duka mendalam bagi warga.
Longsor itu memutus jalur provinsi karena titik jalan sepanjang seratusan meter tertimbun material longsor. Sebagian titik jalan itu bahkan ambles hingga kedalaman sekitar enam meter.
Putusnya jalan penghubung Kabupaten Banjarnegara dan Pekalongan tersebut menghambat mobilitas warga yang biasa melalui jalan itu, mulai dari petani, pedagang, siswa hingga pegawai atau guru.
Mereka harus berjalan kaki menerobos area longsoran hingga seratusan meter agar bisa sampai ke jalan yang masih utuh. Perjuangan warga melalui area longsoran demi melangsungkan hidup ini terwakili atas kejadian seorang guru yang nyaris pingsan di lokasi longsoran.
Namun di tengah perjalanan, guru berhijab yang masih mengenakan seragam Pramuka itu mendadak lemas dan pingsan. Seorang sukarelawan yang mengetahui kondisi itu inisiatif menggendong guru yang lemah tersebut sampai lokasi tujuan.
Namun kondisi medan yang terjal, juga jarak yang masih jauh ke tempat tujuan, membuat langkah penolong itu kian berat untuk memikul beban tubuh ibu lemah tersebut.
“Guru itu ceritanya mau pulang, jalan kaki melewati area longsoran,” kata Suswanto, sukarelawan Radio Antarpenduduk Indonesia (RAPI) Banjarnegara, Jumat (16/2/2018).
Dalam kondisi darurat demikian, apa pun bisa dilakukan agar perempuan lemah itu cepat tertolong. Ketika tenaga manusia tak cukup, sebuah excavator atau backhoe yang sedang membersihkan material longsor di tempat itu jadi robot penolong untuk guru sepuh tersebut.
Pekerjaan evakuasi material longsor dihentikan sementara. Keruk backhoe yang sebelumnya untuk mengeruk timbunan material longsor, dialihkan untuk mengangkut perempuan itu ke tempat lebih aman.
Perempuan itu tetap di gendongan sukarelawan. Wah, wah….. Tribunnews