Penderitaan yang dialami gadis muda ini sungguh memilukan. Setelah berjuang melawan kanker selama dua tahun, penyakitnya kembali kambuh pada Januari 2018.
Sampai-sampai, dalam rentang satu bulan, sudah empat kali ia keluar masuk paediatric intensive care unit (PICU). Penderitaan itu bermula dari munculnya benjolan di kepala Zelle, nama gadis itu, pada tahun 2006.
Meskipun dilakukan beberapa X-rays dan scan, para dokter tidak dapat menemukan sesuatu yang salah dengannya. Orangtua Zelle akhirnya memutuskan untuk melakukan operasi pada benjolan tersebut.
Dua hari sebelum operasi yang dijadwalkan Zelle pada bulan Maret 2016, benjolan itu tiba-tiba pecah. Orang tuanya sangat ketakutan. Pasalnya, dari benjolan di kepala Zelle, keluar cacing seperti parasit yang menggeliat-geliat saat Zelle merasa kesakitan.
Orang tuanya membawanya ke rumah sakit tempat di mana operasinya akan dilakukan. Namun, dari situ keadaan semakin memburuk.
Pada bulan April 2016, Zelle didiagnosis menderita leukemia.
Ia diberi pilihan untuk menjalani kemoterapi atau transplantasi sumsum tulang.
Kabar tersebut sontak mempengaruhi kondisi keluarga tersebut. Bahkan ibu Zelle, Lee mengalami gangguan emosional.
Meskipun mengetahui bahwa transplantasi bisa berakibat fatal, Zelle yang masih berusia 9 tahun justru berusaha menenangkan ibunya.
Zelle memberitahu ibunya bahwa dia lebih suka mengambil risiko daripada menunggu keajaiban terjadi. Pada akhirnya, transplantasi berhasil.
Dengan operasi, sebenarnya masih ada peluang untuk penyakitnya kambuh di masa depan serta meningkatnya kemungkinan mendapatkan jenis kanker lainnya. Sayangnya, itu bukan akhir dari berita buruknya.
Pada bulan Januari 2018, penyakit Zelle kembali kambuh.
Ia harus berjuang untuk hidupnya di PICU National University Hospital. Menurut Lee, Zelle menderita berbagai kondisi.
Termasuk masalah pernapasan karena infeksi paru-paru, tekanan darah tinggi, pembengkakan pada ginjal, infeksi jamur di paru-parunya, serta infeksi bakteri pada darahnya. Lee mengatakan bahwa kondisi Zelle sangat genting.
“Karena infeksi jamurnya, kemoterapi mempersulit perawatannya. Situasinya sungguh sulit. Saya tidak bisa kehilangan dia dan saya mencari semua alternatif, harapan dan keajaiban,” ujar Lee. Tribunnews