JAKARTA-Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise mengajak mahasiswa menjadi agen Gerakan HerForShe.
Dalam rilisnya, Selasa (27/3/2018), kalangan akademisi, jelas Menteri Yohana, dapat berpotensi besar menjadi sumber daya dalam membantu Indonesia mewujudkan percepatan pembangunan dan kesetaraan gender. Salah satunya melalui Gerakan HeForShe. Gerakan ini menjadi kampanye global yang merupakan langkah solutif untuk mendorong pembangunan yang inklusif dan responsive gender, serta dapat pula diterapkan dalam institusi perguruan tinggi.
Gerakan HeForShe mengajak laki-laki terlibat sebagai agen perubahan dalam mencapai kesetaraan gender dan pemenuhan hak-hak perempuan dan anak perempuan, serta upaya mengakhiri kekerasan terhadap keduanya.
“Inti dari gerakan HeForShe adalah bagaimana mendorong pelibatan laki-laki dalam upaya-upaya melindungi perempuan dan mewujudkan kesetaraan gender. Gerakan ini tidak hanya dapat diprakarsai oleh kaum laki-laki, perempuan juga dapat terlibat dalam upaya-upaya menyadarkan dan mengajak laki-laki untuk lebih responsif terhadap perempuan dan anak perempuan serta mengakhiri kekerasan,” jelas dia.
Penghapusan diskriminasi terhadap perempuan, ujar dia, merupakan salah satu tujuan dalam Pembangunan Berkelanjutan atau Suistainable Development Goal (SDGs) ke 5 yakni kesetaraan gender. Pembangunan global tidak akan berhasil jika perempuan tidak mendapat kesempatan yang sama untuk terlibat dan ikut berperan didalamnya. Maka, dukungan dan partisipasi pemerintah, masyarakat, dunia usaha, hingga profesi sangat dibutuhkan bagi peningkatan kualitas perempuan, tidak terkecuali peran kalangan akademisi.
Pihaknya juga merespon positif perguruan tinggi yang telah menerapkan Kuliah kerja Nyata berbasis One Student Save One Family (OSSOF), salah satunya Universitas Bengkulu. OSSOF menjadi salah satu gagasan dari Kemen PPPA untuk memperkenalkan realitas sebenarnya dari masyarakat. Khususnya kehidupan keluarga kepada mahasiswa, serta mengasah kepekaan mereka untuk melihat masalah pada tingkat akar rumput.
“Saya mengharapkan bahwa sejak awal, seorang mahasiswa dapat mengenali situasi kehidupan masyarakat yang mereka lihat dan berada di sekitarnya. Dengan demikian, mereka dapat diasah kepekaannya untuk memahami masalah yang dihadapi kaum perempuan dan anak dalam masyarakat yang hendak ditanggulangi dengan berbagai program pembangunan,” jelas dia. Aris Arianto