Kebutuhan hidup yang kian berat, di satu sisi bisa memantik orang untuk lebih kreatif berusaha. Salah satunya adalah yang dilakoni oleh Rahmat (45) atau yang sering disapa Cak Mat.
Ayah seorang anak kelahiran 1972 ini memiliki usaha tambal ban. Namun berbeda dengan tambal ban pada umumnya, Cak Mat melayani tambal ban secara berkeliling.
Pria asli Pacitan itu telah memodifikasi sepeda motornya sedemikian rupa, sehingga mampu muat segala tetek bengek peralatan tambal ban. Sangat unik. Peralatan tambal ban dan kompresor ditaruh dibelakang. Sangat unik.
“Pernah pagi-pagi ban sepeda bocor. Tukang tambal ban belum buka. Untung si ragil segera memberi nomor HP tukang tambal ban keliling itu. Dan sesaat kemudian tukang tambal ban keliling itu datang,” beber Suharno dalam rilisnya ke Joglosemarnews.
Dalam cerita yang dibeberkan pada Suharno, Cak Mat sudah kenyang melakoni berbagai macam pekerjaan. Mulai dari sopir truk sampai tukang las. Namun ia merasa pekerjaan-pekerjaan itu hasilnya tidak seberapa.
Lalu munculah ide tambal ban keliling, tepatnya dua tahum lalu. Untuk memulai usahanya, pria yang kini tinggal di Petoran RT 01 RW 08 itu mbituhkan modal sebesar Rp 5 juta.
“Modal la juta itu untuk beli sepeda motor bekas, kompresor dan peralatan tambal ban,” cerita Suharno.
Cak Mat menjajakan jasanya menambal ban di wilayah kampus UNS dan sekitarnya. Usahanya ini disambut positif, karena sangat membantu dan meringankan para mahasiswa dan masyarakat sekitar saat ” kebanan “.
Hasilnya pun cukup lumayan, minimal sehari dia bisa mengantongi Rp 200.000. Keuntungan itu dicapai dengan menambal 10-15 ban sepeda motor dengan tarif Rp 10.000.
Layanan yang diberikan Cak Mat tidak hanya sebatas tambal ban. Sering juga ia dimintai bantuan mendorong bila ada sepeda motor atau mobil mogok. Ganti ban baru, ganti kampas kopling dan lain-lain pun ia sanggup.
Hebatnya, lewat usaha tambal ban keliling ini, Cak Mat mampu membayar kontrakan rumah, mencukupi kehidupan sehari-hari, serta menguliahkan putrinya semata wayangnya di salah satu PTS di Surakarta.
Bagi Cak Mat, profesi tukang tambal ban keliling memang penuh suka dan duka. Senangnya, ia bekerja tidak terikat juragan. Bisa pagi, siang, atau malam. Bisa tambah pengetahuan dan saudara karena kebanyakan pelanggan para mahasiswa.
“Dukanya bila ada yang tambal ban setelah selesai terus langsung pergi. Pernah malam-malam gelap gulita panggilan datang. Ternuata lokasinya di tengah kuburan. Begitu selesai trus pergi duluan. Tanpa mau menunggu saya membereskan peralatan, ” tuturnya, sebagaimana dikisahkan kepada Suharno.
Meski hidup ini penuh persaingan, namun Cak Mat tetap memegang etika dan tepa selira dengan penambal ban yang lain. Contohnya, ia tidak mau melayani pelanggan bila di sekitarnya sudah ada tukang tambal ban lain.
Saat ini cak Mat hanya melayani wilayah kampung Petoran saja. Walaupun permintaan sering datang dari berbagai tempat. Suhamdani