
WONOGIRI–Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) Wonogiri mengatakan kasus kematian ikan di Waduk Gajah Mungkur (WGM) masih saja terjadi sampai saat ini.
Kepala Disnakperla Wonogiri Rully Pramono Retno, melalui Kepala Bidang (Kabid) Perikanan, Heru Sutopo, mengatakan, kasus kematian ikan di WGM pada awal penghujan hingga Oktober tahun lalu mencapai 50 ton. Saat ini kematian ikan masih berlangsung, namun jumlahnya turun sangat drastis.
Rekor kematian ikan tertinggi terjadi pada 2014 lalu. Yakni mencapai angka 100 ton lebih. Kasus ini menurutnya lebih tinggi daripada kematian sejenis tahun 2009 yang hanya mencapai 60-an ton.
“Paling banyak jenis nila, mayoritas terjadi di karamba,” jelas dia, Rabu (7/3/2018).
Tingginya angka kasus kematian ikan di WGM disebabkan wilayah pembudidayaan di Karamba Jala Apung (KJA) dipenuh dengan keramba. Sesaknya wilayah itu membuat ikan berebut mendapatkan oksigen.
Kenyataan ini masih ditambah lagi adanya pengadukan arus air. Diterangkannya, saat itu waduk menerima kiriman air hujan dari daerah hulu. Air kiriman itu akan bercampur dengan air di dasar waduk.
Ada perbedaan suhu antara air dalam waduk dengan air yang datang tersebut. Saat kedua arus ini bersatu, akan terjadi pengadukan. Mineral dan material yang ada dalam dasar waduk akan terangkat ke permukaan, sebagian akan terhirup oleh ikan. Sehingga ikan yang sebelumnya dalam kondisi megap-megap berebut oksigen, semakin menurun daya tahannya. Akibatnya bisa ditebak, ikan menjadi mudah mati.
Pihaknya sadar betul, kematian ikan itu menyebabkan kerugian besar bagi kalangan nelayan. Tak ingin hal ini terjadi lagi tahun ini, pihaknya menawarkan solusi yang bisa diambil. Pertama, membatasi penebaran benih ikan dan karamba, solusi kedua, nelayan memanen dini ikannya.
“Pembatasan benih dan karamba sudah sering kami imbaukan. Saat ini kami tambah dengan imbauan untuk memanen dini ikan. Jika dirasa ikan sudah siap panen, segera dipanen saja, tidak perlu menunggu lagi, supaya terhindar terjadinya kematian lagi,” beber dia.
Kepala Desa Sendang Kecamatan Wonogiri, Budi Hardono menyebutkan, kematian ikan membuat nelayan merugi hingga ratusan juta rupiah. Aris Arianto
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.















