JOGJA – Malioboro kini akan segera kembali ke masa lalu. Memang tidak akan benar-benar sama persis dengan kondisi Malioboro tempo doeloe saat awal mula Keraton Yogyakarta berdiri.
Namun, setidaknya harmonisasi antara pejalan kaki dan derap tapal kuda serta bunyi bel kendaraan tradisional, bakal kembali menggantikan hiruk-pikuk suara mesin kendaraan bermotor.
Ikon Kota Yogyakarta ini akan kembali pada jati dirinya. Kembali didominasi andong, becak, dan sepeda kayuh serta pejalan kaki, Malioboro akan kembali menemukan kekhasannya sebagai kawasan yang nyaman dan tenang.
Berjalan kaki dan menikmati suasana Malioboro tanpa polusi kendaraan bermesin, tentu jadi impian semua pengunjung, termasuk warga Yogya.
Untuk merealisasikan mimpi tentang masa depan Malioboro itu, pemerintah kini tengah melakukan revitalisasi.
Selain dipercantik dan dibenahi di hampir keseluruhan bagiannya, Malioboro kini dalam proses menuju kawasan semipedestrian.
Kepala Seksi Penataan bangunan dan Permukiman bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi dan Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) DIY, Arief Azazie Zein menjelaskan, Malioboro ke depan akan menjadi lebih nyaman dengan hanya pejalan kaki dan kendaraan tradisional tak bermesin yang boleh lewat.
Prioritasnya pejalan kaki, untuk kendaraan hanya andong dan becak kayuh, serta kendaraan massal seperti Trans Jogja,” ujarnya kepada Tribun Jogja, Jumat (7/4/2018).
Penataan ini tak lepas dari semangat mempertegas Malioboro sebagai bagian dari sumbu filosofis dan juga menata masa depan wisatanya.
Miliaran rupiah dana sudah digelontorkan untuk membuat Malioboro nyaman dan ramah dengan kendaraan tradisional dan pejalan kaki.
Pantauan Tribun Jogja, arus lalu lintas di Jalan Malioboro hingga kini memang masih campur aduk meski perlahan mulai diarahkan pada konsep semipedestrian.
Becak kayuh, andong, becak motor (betor), sepeda motor, hingga mobil masih melewati jalan itu.
Sementara, sejumlah sepeda motor masih banyak parkir di dekat toko sisi barat pusat wisata ini. Namun, hasil revitalisasi sudah mulai tampak di sisi timur.
Saat ini banyak wisatawan berjalan kaki dan menikmati keindahan, pascarevitalisasi tahap I dan II, dengan berswa foto. Di masa depan, Malioboro akan menjadi lebih tenang.
Koridor bangunan juga akan dibuat menarik dan mencerminkan budaya. Selain itu, perdu berwarna-warni menambah suasana menjadi asyik. Pohon asem dan gayam pun akan membuat suasana lebih asri.
Pada revitalisasi sejak tahun 2014 ini, konsep semipedestrian memang diimplementasikan untuk Malioboro. Gambaran masa depan Malioboro pun akan diperjelas dengan larangan untuk menggunakan kendaraan bermotor nantinya.
Konsep semipedestrian pun dibuat berimbang, yakni di sisi kanan dan kiri yang memang dikhususkan untuk pejalan kaki. Sementara, jalan beraspal bukan untuk kendaraan bermotor.
Hanya, Arief menyebut ada pengecualian nantinya bagi kendaraan bermotor yang melintas dan hanya bersifat darurat.
Di antaranya, ambulans, mobil tamu kepresidenan dan negara, mobil pemadam kebakaran (damkar), mobil dinas polisi.
Termasuk, hanya boleh angkutan massal yakni bus Trans Jogja.
Jika nantinya konsep ini berjalan, sangat dimungkinkan Malioboro akan kembali menghidupkan kekhasannya.
Suara kaki kuda dan bel dari andong serta becak kayuh, menurut Arief akan menjadi harmoni tersendiri.
“Orang nantinya akan mendapatkan suasana yang khas dan bisa menikmati wisata ini dengan maksimal. Kalau sekarang masih belum tertata dengan baik,” ungkapnya. # Tribunnews