WONOGIRI-Sejumlah pasar tradisional ternyata hanya ramai saat hari pasaran. Di luar hari pasaran, kondisi pasar sepi dari transaksi. Hal ini mempengaruhi kemampuan pasar dalam menyetor pendapatan.
Ketua Komisi II DPRD Wonogiri Sardi mengungkapkan hal tersebut, Minggu (1/4/2018). Pihaknya kerap melakukan inspeksi mendadak (sidak) di sejumlah pasar tradisional. Pasar-pasar yang disidak diantaranya pasar Wonogiri Kota, Pracimantoro, Baturetno, Batuwarno, Sidoharjo, maupun Ngadirojo.
“Tidak semua pasar tradisional itu ramai, ada yang hidupnya cuma di hari pasaran. Misalnya pasaran Kliwon di Pasar Sidoharjo, pasti sepi, karena bukan hari pasaran. Seperti halnya hari pasaran Kliwon, di Pasar Giriwoyo pasti ramai, selain hari pasaran itu, transaksi sepi,” beber dia.
Menurut Sardi, kondisi itu sudah berlangsung cukup lama. Di tengah masyarakat sudah terbentuk semacam kebiasaan pembagian hari pasaran di pasar tradisional. Misalnya, pasaran Legi untuk pasar A dan B, sementara pasaran Pahing di pasar C dan D, demikian seterusnya.
“Ini kebiasaan dan sudah membudaya, tidak bisa diubah. Yang kami sesuaikan adalah soal beban setor pasar ke PAD,” ujar dia.
Sepi tidaknya pasar, menurut dia, berpengaruh besar terhadap pendapatan yang disetorkan. Pendapatan dari pasar dapat diketahui dari target yang masuk ke pendapatan asli daerah (PAD).
Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan, Guruh Santosa mengakui ada beberapa pasar tradisional di Wonogiri yang hanya hidup beberapa jam saja dalam sepekan. Pasar-pasar itu hidupnya cuma di hari pasaran, di luar itu sepi. Tapi ada pula pasar yang selalu ramai, misalnya Pasar Baturetno dan Wonogiri Kota
Disampaikan, beban setor pendapatan retribusi setiap pasar pun berbeda.
Pendapatan kata dia bersumber dari retribusi sampah, pasar umum, pasar hewan, dan kios yang ada pada pasar-pasar tradisional yang tersebar di Wonogiri. Aris Arianto