SRAGEN- Ada kisah menarik menyeruak dari Kampung Bangak RT 1/1, Sine, Sragen. Di kampung itu terdapat seorang kakek berprofesi sebagai tukang becak kayuh yang konon dikenal dengan julukan pria perkasa.
Pria itu bernama Darmo Suwarno. Kakek yang kini sudah berusia 80 tahun itu sepintas memang tak terlihat seperti kakek seumurannya yang mungkin lebih banyak berdiam di rumah.
Ia masih terlihat bugar meski kulitnya sudah nampak mengeriput. Di usianya yang menginjak kepala delapan, ia pun mengaku masih sehat dan belum mau meninggalkan dunia tukang becak yang sudah digelutinya sejak usia 30 tahun.
Namun ada cerita lain yang membuat Mbah Darmo (sapaan akrabnya) menjadi dikenal. Ya, siapa sangka sang kakek itu sewaktu mudanya dikenal sebagai don juan atau lelananging jagat di dunia pelaku kayuh becak.
“Iya, saya akui Mas. Dulu waktu masih enom ya wis nggak bisa dikojahke. Meski saya hanya mbecak, banyak perempuan yang terkintil-kintil. Yang legan, somahan juga sering. Tapi kebanyakan ledek tayuban. Pokoke kalau ada tayuban di mana saja, saya mesti datang dan ledeknya itu kadang pulangnya minta saya antar. Padahal banyak yang nawarin tapi nggak tahu mereka kebanyakan milih saya, ” paparnya ditemui di lokasi mangkal becak di Tegal Asri, Sragen, Sabtu (12/5/2018).
Darmo menguraikan meski hanya tukang becak, ketika mudanya posturnya memang menawan jauh di luar penampakan tukang becak pada umumnya. Cerita soal keperkasaannya juga menjadi daya pikat tersendiri yang menurutnya akhirnya membuat banyak wanita takluk padanya.
Bahkan saat istri pertamanya meninggal, ia mengaku masih bisa menikah lagi dengan gadis yang berusia 20 tahun, Suyekti yang kini masih setia mendampinginya. Seingatnya saat muda hingga usia kepala enam, tak kurang dari 125 wanita sudah ia taklukkan.
“Kalau dihitung ya sudah ada 125 yang saya tiduri. Bahkan kadang saya malah dibayar tapi sayanya yang nggak mau. Tapi itu dulu waktu saya masih segar, sekarang sudah tua ya enggak lagi Mas. Saya nikah dua kali. Saya punya anak dua Alhamdulilah jadi guru semua Mas, ” tuturnya.
Meski punya cerita kelam, semangat besar Mbah Darmo untuk mengais rezeki dari becak, patut diapresiasi. Dari keringatnya membecak, setidaknya ia mampu menguliahkan dua anaknya hingga lulus dan menjadi guru.
Padahal hasil membecaknya terkadang hanya Rp 10.000 sampai Rp 25.000 perhari. Saat ditanya kapan mau pensiun dari mbecak, Mbah Darmo mengaku masih belum tahu.
Ia masih senang menjalani profesi mbecak yang menurutnya bisa membuatnya sehat dan kumpul banyak teman.
“Nanti mungkin kalau sudah nggak kuat ngayuh lagi baru berhenti Mas. Sekarang masih senang. Enggak tahu dari dulu senangnya kerja ya cuma mbecak, ” tukasnya.
Cerita soal kehebatan dan keperkasaan Mbah Darmo diamini rekan-rekannya. Mul (52) teman sesama pembecak, mengakui jika Mbah Darmo dikenal sebagai penakluk wanita.
“Nggih Mas, niku kawit nom-noman wis kondang begituannya. Banyak wanita yang kelet dan bahkan kadang nyari-nyari dia. Nggak tahu tuh apa jamunya, ” ungkap Mul sembari setengah berseloroh.
Joko (58), pembecak lainnya juga mendengar soal cerita kebehatan Mbah Darmo di kalangan wanita. Namun ia lebih mengapresiasi semangat besar Mbah Darmo untuk bekerja keras mengayuh becak hingga bisa menghidupi keluarga dan menguliahkan anak-anaknya.
“Kalau yang soal itu (perkasa), memang dia jagonya Mas. Dulu mbok ledek tayub mana aja dia kenal dan nempel semua, ” tukasnya. Wardoyo