SURABAYA- Insiden bom bunuh diri yang dilakukan oleh satu keluarga di Surabaya, Jawa Timur disebut-sebut menyimpan pesan rahasia. Namun, pesan rahasia ini tak banyak yang tahu.
Insiden ledakan bom yang bukan hanya sekali itu dan terjadi disejumlah tempat tersebut diketahui 18 jiwa melayang dalam insiden ledakan bom yang terjadi di tiga gerja di Surabaya Jawa Timur.
Ledakan terjadi di tiga gereja di Surabaya, yakni Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat di Jalan Arjuna.
Pelaku pengemboman di tiga gereja yang ada di Surabaya, Jawa Timur adalah berasal dari satu keluarga.
Dalam aksi bom bunuh diri itu melibatkan seorang wanita dan empat orang anak. Tak lama kemudian, ledakan bom kembali terjadi di sebuah rusun di Sidoarjo.
Insiden ledakan yang terjadi disidoarjo nyari serupa dengan di Surabaya lantaran sama-sama dilakukan oleh satu keluarga.
Seorang teroris bernama Anton beserta istri dan seroang anaknya tewas di lokasi kejadian.
Namun tiga anak terduga pelaku yang lain selamat dan telah dievakuasi ke rumah sakit.
Dari rentetan kejadian bom bunuh diri yang terjadi dengan rentan waktu cukup dekat ini diketahui melibatkan wanita dan anak-anak.
Pada Senin (14/5/2018) pagi, warga dikagetkan kembali dengan ledakan bom di Polrestabes Surabaya.
Dari rekaman CCTV tampak seorang pelaku mengendarai sepeda motor memboncengkan seorang wanita dan seorang anak perempuan.
Namun, mantan teroris, Sofyan Tsauri mengungkap arti dibalik ledakan bom bunuh diri yang melibatkan kaum wanita dan anak-anak itu.
Aksi teroris dengan melibatkan wanita dan anak-anak sudah biasa terjadi di Georgia utara, Irak, Iran.
Pelaku adalah janda-janda yang suaminya terbunuh, bahkan ada yang jadi otak penyerangan.
Dilansir tayangan live Metro TV, pelaku wanita dan anak bisa jadi pesan untuk para pria, agar bisa lebih giat lakukan perlawanan.
“Pesannya jelas, wanita saja bisa. Ini provokasi, agar para pria bisa lebih giat lakukan perlawanan pada pemerintah atau target,” tuturnya.
Dijelaskan Sofyan seperti dilansir dari Tribun WOW, pelaku juga merupakan korban ideologi atau pemahaman yang salah.
Apa yang dilakukan saat ini, dianggapnya sebagai jihad. Oleh sebab itu, menurutnya tugas pemerintah seharusnya diprioritaskan pada pengubahan ideologi atau mindset.
“Ideologi harus diclearkan, melalui beberapa kali terapi”, ujar mantan tahanan teroris ini.
Walikota Surabaya, Risma mendatangi lokasi rumah tersebut seusai rapat bersama pegawai utama pemkot Surabaya untuk mengevaluasi kejadian tersebut.
Saat berada di sekitar lokasi penggrebekan di rumah tersangka Jalan Wisma Indah Blok K no 22, Tri Rismaharini mengatakan pihaknya selama ini berusaha keras menyejahterakan warga Surabaya.
Perhatiannya untuk Surabaya tidak hanya perihal kemacetan dan banjir, ia mengajak warganya memecahkan persoalan dan merangkul pendidikan anak-anak.
“Selama ini saya mencoba melayani masyarakat dengan baik. Saya cari yang lapar dan gak bisa sekolah, saya selesaikan masalah dia. ngadu apa aja rusak banjir. Sedih saya, ini menyakitkan juga,” kata Walikota Surabaya Trirismaharini sembari duduk di bangku plastik depan rumah warga di lokasi kejadian, Minggu (13/5/2018).
Sebagai seorang perempuan, kesedihannya pun terlihat memuncak hingga tak terbendung lagi.
Di sela kunjungan itu, mata Risma tampak berkaca-kaca, bahkan di sebuah kesempatan, Risma menangis.
Kegeramannya tidak terlepas dari pengungkapan pelaku yang selama ini tinggal di Surabaya. Ia menyesalkan perbuatan tersebut lantaran cukup melukai banyak warga lainnya.
Kesedihannya tersebut dikatakan Risma mengingat para korban yang tak hanya orang dewasa tapi anak-anak.
Ia menyesalkan perlakukan pelaku yang menurutnya tega melukai banyak orang, korban yang sebagai kepala keluarga yang harus menghidupi anak cucunya dan keluarba korban ditinggalkan.
“Kok tega, jadi masa gitu, orang menyakiti orang lain. Jangankan bunuh orang, binatang tumbuhan itu ga boleh. Dengan mengatakan bahwa saya paling benar. Tuhan yang menciptakan semua. Manusia tempatnya salah, kebenaran milik Allah,” kata Risma.
Pelaku Bom Bunuh Diri Ternyata Satu Keluarga
Polisi akhirnya dengan cepat bisa mengetahui dan mengungkap pelaku serangan bom di tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018). Serangan bom ke gereja di Surabaya tersebut ternuata dilakan oleh satu keluarga.
Hal itu disampaikan langsung ole Kapolri Jenderal Pol Tito Karnivian.
Menurut Tito, ledakan bom di Surabaya dilakukan satu keluarga, yakni keluarga Dita Supriyanto yang berasal dari Rungkut, Kota Surabaya.
“Alhamdulliah, identifiksi sudah diketahui. Pelaku satu keluarga yang melakukan serangan ke tiga gereja,” ujarnya, saat mendampingi Presiden Joko Widodo di RS Bhayangkara Polda Jatim, Minggu (13/5/2018) petang.
Tito menuturkan, Dita menyerang Gereja GPPS Jalan Arjuno.
Dia naik mobil Avanza dan menabrakan ke gereja dan langsung terjadi ledakan bom di dalam mobil.
“Ledakan di gereja jalan Arjuno yang paling besar,” jelas Tito.
Selanjutnya, istrinya Puji Kuswati dan dua anaknya meledakkan bom di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jl Diponegoro.
Dia datang ke gereja dengan jalan kaki bersama dua anak perempuannya, yakni Fadilah Sari (12) dan Pemela Riskika (9).
Puji bersama dua anak perempuan masuk ke gereja dengan membawa bom bunuh diri. Bom ditaruh di pinggang.
“Cirinya sangat khas, korban rusak perutnya saja. Ibu meninggal, tapi juga ada korban masyarakat,” beber Tito.