SRAGEN- Ada suasana berbeda tergambar di kompleks obyek wisata Makam Pangeran Samudera atau yang akrab dikenal Gunung Kemukus di Pendem, Sumberlawang, Kamis (11/5/2018) malam. Jika biasanya, malam Jumat seperti itu lokasi obyek wisata religi itu dipenuhi pengunjung dan bertebaran perempuan pemuas syahwat, malam kemarin suasana itu tak lagi terlihat.
Yang ada justru ribuan jemaah ibu-ibu dan bapak-bapak jemaah pengajian dari warga setempat dan sekitar Sumberlawang. Tak ada lagi dentuman musik mengentak dari puluhan karaoke liar yang sebelumnya nonstop menghiasi malam jumat yang menjadi puncak ritual di Kemukus. Perempuan penjaja sahwat yang sebelumnya berkeliaran dengan aneka modus dan kedok, juga tak lagi terlihat.
“Ya, malam Jumat yang biasanya ramai puncak ritual, kali ini sengaja diisi dengan pengajian. Ini salah satu upaya bagaimana mengubah stigma Gunung Kemukus yang selama ini dianggap negative sebagai kawasan ritual free sex, agar terkurangi. Dengan salawat berkumandang setidaknya bisa menghilangkan stigma negative itu dan menggantinya dengan hal-hal yang bersifat kebaikan,” papar Sekda Sragen, Tatag Prabawanto yang hadir dalam pengajian Gunung Kemukus Bersalawat malam itu.
Tatag secara khusus mengapresiasi paguyuban Lindu Aji Sragen yang memprakarsai kegiatan pengajian menghadirkan Kyai Abdul Muin tersebut. Ia berharap dengan kegiatan positif tersebut bisa berimbas menghilangkan hawa negatif dan perspektif sebagai kawasan wisata miring, menjadi wisata religi seperti yang diprogramkan pemerintah.
Penasehat Lindu Aji Sragen sekaligus anggota DPRD Sragen, Faturrahman menyampaikan acara pengajian itu digagas karena termotivasi pasca penutupan Gunung Kemukus oleh pemerintah. Keinginan warga untuk menjadikan wisata religi, telah menggerakkan nurani rekan-rekan dari Lindu Aji di wilayah Sragen Barat, utamanya Sumberlawang, gemolong dan Miri untuk melakukan pendekatan secara religius ke warga melalui pengajian.
“Ide awalnya dari Lindu Aji, lalu dishare ke masyarakat dan ternyata masyarak antusias akhirnya dilakukanlah kegiatan pengajian malam ini,” tukasnya.
Ia menambahkan kegiatan pengajian itu juga bagian untuk menyinkronkan keinginan warga Kemukus dan program pemerintah yang ingin mengembalikan marwah Kemukus sebagai obyek wisata religi. Terlebih saat ini, ia mendengar master plan penataan Kemukus sudah berjalan di pemerintah.
“Pasca ditutup itu, roda ekonomi warga di sini memang mati total. Ada 700 cacah jiwa yang hidup di sini. Makanya lewat pendekatan religius seperti ini, minimal bisa meluruskan menjadi kawasan wisata religi agar Kemukus bisa terbebas dari image yang selama ini sudah sangat negatif. Mau tidak mau memang harus diubah seperti itu. Bahkan kami mendorong kalau bisa pengajian seperti ini digelar sebulan sekali dan mungkin yang didatangkan Cak Nun atau yang lain,” tandasnya. Wardoyo