Beranda Daerah Wonogiri Wonogiri Siaga Kekeringan, Musim Kemarau Selama 7 Bulan, Daerah Ini Rawan Kebakaran

Wonogiri Siaga Kekeringan, Musim Kemarau Selama 7 Bulan, Daerah Ini Rawan Kebakaran

Warga Desa Johunut Kecamatan Paranggupito Wonogiri, mengambil air dari telaga untuk keperluan sehari-hari.JSNews/Aris Arianto
Warga Desa Johunut Kecamatan Paranggupito Wonogiri, mengambil air dari telaga untuk keperluan sehari-hari.JSNews/Aris Arianto

WONOGIRI-Per akhir April lalu, wilayah Wonogiri mulai memasuki musim kemarau. Diprediksi kemarau akan berlangsung selama tujuh bulan.

Sementara sejumlah daerah di Wonogiri diprediksi rawan bencana kekeringan dan kebakaran.

Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri, Bambang Haryanto mengatakan, berdasarkan info prakiraan BMKG musim kemarau di Wonogiri dimulai pada dasarian ketiga April 2018. Musim kemarau di Wonogiri diperkirakan berlangsung selama 21 dasarian, atau jika dihitung sekitar tujuh bulan.

“Untuk itu mohon bantuan kepada semuanya kesiapsigaan dan kewaspadaan terkait dampak musim kemarau. Yaitu ketersediaan air bersih masyarakat, ketersediaan air irigasi pertanian serta kebakaran pemukiman, lahan, dan hutan,” kata dia, Jumat (4/5/2018).

Dia menyebut ada sejumlah daerah yangg rawan kekeringan. Dari total 25 kecamatan, delapan diantaranya (32 persen) rawan kekeringan. Wilayah kekeringan tersebar di 38 dari 294 desa/kelurahan (12,93 persen).

Baca Juga :  Terjadi di Wonogiri Gadis 15 Tahun Dijual 550 Ribu, Ditemukan di Kamar Hotel

Sementara daerah rawan kebakaran ada di 12 kecamatan (48 persen) dan 18 desa/kelurahan (6,12 persen).

Beberapa warga yang dihubungi mengatakan, hujan sudah tidak turun sejak sepekan terakhir. Cuaca sepanjang hari sangat cerah. Mereka memperkirakan kemarau akan segera datang.

Warga Kecamatan Paranggupito, Sutrisno menjekaskan ketika kemarau datang, akan ada dampak yang mengikutinya. Yakni kekeringan dan krisis air bersih. Biasanya melanda wilayah di sisi Wonogiri selatan.

Dia menyebut telah menyiapkan langkah untuk menghadapi musim kemarau. Yang paling utama, adalah mengisi bak penampungan air hujan yang berada di halaman belakang rumah masing-masing. Air dalam bak akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan selama datangnya musim kemarau, yang sekaligus datangnya kekeringan dan krisis air bersih. Aris Arianto