Beranda Market Ekbis BI Solo Dorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah Lewat FGD Pengembangan Pariwisata

BI Solo Dorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah Lewat FGD Pengembangan Pariwisata

Suasana FGD. Foto Triawati
Suasana Focus Grup Discussion (FGD) Bisnis Model Pengembangan Pariwisata Daerah Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Kamis (12/7/2018),  di kantor BI Solo. Foto Triawati

SOLO– Bank Indonesia (BI) Solo mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui pengembangan bidang pariwisata. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan digelarnya Focus Grup Discussion (FGD) Bisnis Model Pengembangan Pariwisata Daerah Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Kamis (12/7/2018),  di kantor BI Solo.

Kepala Kantor Perwakilan BI Solo, Bandoe Widoarto mengungkapkan, bidang pariwisata menjadi salah satu alat yang ampuh untuk menggerakkan mesin perekonomian. Dan dalam kondisi saat ini, lanjutnya, kawasan Soloraya membutuhkan mesin pertumbuhan ekonomi baru.

“Dan kami melihat pariwisata dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi baru tersebut. Bergeraknya pariwisata memberikan efek yang luar biasa, jika pariwisata berkembang maka perhotelan bisa bergerak. Bidang kuliner juga bergerak,” ujarnya usai FGD.

Baca Juga :  Pengemudi Angkutan Barang Dinilai Butuh Penguasaan Mitigasi

Bandoe menerangkan, bergeraknya mesin pariwisata akan bisa mendorong perekonomian regional. Dan kondisi ini masuk dalam kepentingan BI sebagai perbankan yang mendorong pertumbuhan ekonomi regional.

“Kami hadirkan pelaku wisata, termasuk dari ASITA Yogyakarta, agar mereka berbagi ilmu tentang cara-cara mereka “menjual” wisata di Yogyakarta. Ada juga pelaku bisnis wisata seperti Triponyu, serta dari Angkasa Pura,” papar Bandoe.

Diakui Bandoe, hal terpenting yang harus dilakukan saat ini adalah meningkatkan sinergitas antar daerah di Soloraya.

“Kita harus memiliki semangat sinergitas, jangan kompetisi. Sinergi dulu, apa saja potensi wisata yang dimiliki untuk kemudian bisa dibuat paket wisata. Jangan saling menutup informasi. Dan satu keunggulan di kita bahwa kita sudah memiliki kalender event, sedangkan Yogyakarta belum memilikinya. Dan ini harus kita maksimalkan,” pungkas Bandoe. Triawati Prihatsari Purwanto