SRAGEN- Kasus pencemaran Sungai Bengawan Solo oleh limbah pabrik yang terjadi di sepanjang aliran mulai dari Karanganyar, Sragen dan ke hilir, tak hanya berdampak buruk terhadap ekosistem sungai. Hampir belasan tahun, perilaku pembuangan limbah berwarna hitam dan berbau menyengat itu juga membuat sumur-sumur warga yang tinggal di radius dekat sungai, turut berdampak.
Sejak sungai tercemar limbah, air sumur warga ikut berubah menjadi keruh dan menimbulkan bau. Kondisi itu berlangsung belasan tahun tanpa pernah ada perhatian atau tindakan dari pihak terkait.
“Sudah 10 tahun lebih sejak ada buangan limbah tiap kemarau, sumber air di sumur juga ikut jadi keruh dan baunya agak busuk. Waktu dulu masih terpaksa dikonsumsi, tapi lama-lama takut juga kalau ada kandungan logam berbahaya,” ujar Wanto, salah satu warga Kecik, Tanon, yang tinggal di dekat Bengawan Solo, Kamis (26/7/2018).
Ia menuturkan keruhnya air sumur itu tak lepas dari rembesan air sungai yang sudah tercemar. Sebab sebelum muncul limbah, air sumur warga juga tak bermasalah.
Karena air sumur ikut tercemar, warga di dekat sungai di wilayahnya sebagian besar memilih membeli air bersih keliling atau dari jaringan Pamsimas.
“Yang ditakutkan kalau ada kandungan bahaya di airnya Mas. Mungkin sehari dua hari nggak kerasa, lha kalau tahun-tahunan dan ternyata ada bahan berbahaya, apa nggak ngeri,” tukasnya diamini tetangga lainnya.
Keluhan serupa juga dirasakan di wilayah bantaran lainnya. Seperti di Desa Gentanbanaran, dan Karanganyar Plupuh. Kades Gentanbanaran, Sugito menuturkan pencemaran sungai oleh limbah memang berdampak pada sumber air warga.
“Kalau disedot sanyo itu airnya agak keruh dan berbau. Itu sudah 10 tahun lebih berlangsung. Hampir setiap kemarau dan sungai dibuangi limbah pabrik, setiap itu pula air sumur jadi ikut tercemar, ” tuturnya.
Kapolres Sragen, AKBP Arif Budiman menyampaikan dari hasil pengecekan ke salah satu titik sungai di Karanganyar Plupuh, memang diperoleh data bahwa pencemaran sungai yang diduga oleh limbah pabrik itu sudah berlangsung lebih dari 10 tahun.
“Dari keterangan warga, itu sudah terjadi lebih dari 10 tahun. Yang paling parah kalau hari Kamis, Jumat, Sabtu,” terangnya.
Atas kondisi itu, tim Reskrim saat ini tengah dikerahkan untuk mendalami dan mengusut darimana sumber pencemaran atau pabrik yang membuang limbah ke sungai.
“Kami juga berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan sampel air sudah dikirim untuk uji lab ke provinsi, ” tandasnya. Wardoyo