BOYOLALI- Cuaca ekstrem yang melanda perairan Waduk Kedung Ombo (WKO) kembali menghadirkan mimpi buruk bagi petani karamba. Ribuan ikan mati mendadak dalam beberapa hari terakhir di sejumlah wilayah WKO.
Kondisi terparah dialami karamba di wilayah Bulu, Desa Wonoharjo, Boyolali.
Di wilayah ini, sedikitnya 100 ton ikan karamba yang mati mendadak akibat serangan air putih beracun.
“Kami sedang kena musibah mas. Ada wabah air putih beracun atau orang sini viasa menyebut upwelling. Yang paling parah di wilayah Bulu, Wonoharjo, Boyolali. Di situ ada sekitar 50an petani karamba. Kalau yang sudah mati kena air beracun ada sekitar 100an ton. Kan banyak petani-petani di situ, ” papar salah satu petani karamba, Anton Setiawan (27) ditemui di lokasi karamba Sabtu (7/7/2018).
Menurutnya munculnya air beracun itu sebenarnya menjadi wabah tahunan yang kerap terjadi. Biasanya terjadi pada bulan-bulan Juni atau Juli bersamaan dengan musim kemarau.
Air putih beracun itu naik dari dasar kemudian membawa kotoran dan sisa makanan yang sudah membusuk menjadi racun. Jika air putih itu mengenai ikan, dalam sekejap ikan akan langsung mati.
“Nggak lagi hitungan jam, paling 5 menit sudah langsung mati, ” terangnya.
Menurut Anton, kematian ikan secara mendadak akibat racun air putih itu tahun ini terbilang lebih parah dari tahun lalu. Petani kini hanya bisa bersiaga untuk menggeser karamba agar terhindar dari kemunculan air putih beracun tersebut.
Ia menuturkan saat ini harga ikan jenis Nila dan Tombro di kisaran Rp 28.000-Rp 30.000 perkilogram. Dengan harga ikan segar di kisaran Rp 28.000 sampai Rp 30.000, kematian 100 ton ikan itu diperkirakan mengakibatkan kerugian mencapai hampir Rp 3 miliar.
Sekdes Ngargotirto, Suharno mengatakan, setiap bulan Juli hembusan angin dari arah selatan ke utara. Ditambah kondisi air sangat dingin. Ikan mati mendadak biasanya berlangsung tidak lama dan selanjutnya kondisi akan normal kembali.
“Kabar yang saya terima itu banyak ikan mati di daerah Dukuh Bulu, Desa Wonoharjo, Boyolali. Tetapi kalau yang sebelah timur persisnya di Ngasinan ini sementara aman. Petani kami yang memiliki karamba di Boyolali menarik ke arah sragen untuk mendapatkan perlindungan bisa bertahan,” tuturnya.
Wabah kematian ikan mendadak juga dibenarkan oleh Pak To, pedagang ikan di WKO. Sabtu (7/7/2018), ia menuturkan sudah sejak dua hari, kematian mendadak menghantui petani karamba dan yang paling parah di wilayah Bulu, Boyolali.
“Ton-tonan yang mati Mas, ” katanya. Wardoyo