Beranda Edukasi Kesehatan MSG Tak Selalu Berdampak Buruk Bagi Kesehatan, Ini Penjelasannya

MSG Tak Selalu Berdampak Buruk Bagi Kesehatan, Ini Penjelasannya

Ilustrasi/Tempo.co

Selama ini Monosodium Glutamat atau dikenal dengan MSG cenderung dipandang dari sisi negatif bagi kesehatan. Namun apakah anggapan itu sepenuhnya benar?

Sebagian anggapan itu memang benar, namun, ternyata di sisi lain MSG  mampu meningkatkan asupan makanan pada Lansia. Hal ini disampaikan oleh ahli gizi Dr. Johannes Chandrawinata, MND, SpGK.

Menurutnya, untuk menjaga rasa makanan serta meningkatkan asupan makanan pada Lansia, makanan perlu diberikan MSG. Menurutnya, pemberian MSG pada makanan rendah garam mampu memberikan efek rasa nikmat yang setara dengan makanan berkadar garam normal.

Johannes menambahkan, saat ini ada banyak Lansia yang bermasalah dengan gizi. Faktor penyebabnya pun beragam, seperti penggunaan gigi palsu yang mengandung metal dan dapat mempengaruhi indera pengecapan, hingga bertambahnya usia.

“Bertambahnya usia dapat mempengaruhi berkurangnya sensor rasa di lidah dan rongga mulut sehingga makanan akan terasa kurang enak dan nafsu makan menurun,” terangnya.

Selain itu, Lansia juga mengalami penurunan produksi air liur (saliva) yang berfungsi untuk menelan, membantu pencernaan pati, dan karbohidrat.

“Di luar itu, ada juga lansia yang mengalami berkurangnya produksi getah lambung yang berdampak pada menurunnya nafsu makan,” lanjutnya.

Di sinilah peran MSG dibutuhkan. Johannes menyebut MSG memberi rasa umami atau gurih sehingga makanan terasa lebih nikmat.

“MSG juga merangsang produksi saliva sehingga indera perasa di lidah dan mulut dapat mengecap rasa makanan lebih baik. Selain itu, proses mengunyah dan menelan berlangsung dengan baik,” katanya.

Johannes meyakini pemberian MSG untuk makanan lansia akan merangsang pengeluaran getah lambung sehingga nafsu makan akan meningkat dan pencernaan di lambung menjadi lancar.

Fungsi baik MSG untuk lansia ini menurut Johannes belum banyak diketahui masyarakat, malah yang beredar sebaliknya. Banyak yang mengkampanyekan perihal keburukan MSG.

Padahal tidak demikian. Saat ini, kata Johannes, banyak penelitian tentang bantahan keburukan MSG. Salah satunya dilakukan oleh UGM melalui Journal Nutrition pada 2000.

“Dalam penelitian tersebut, peserta diberikan makan pagi tanpa MSG dan dibagi dalam tiga kelompok yang diberikan kapsul placebo (kapsul tanpa MSG), kapsul 1,5 gram MSG, dan kapsul dengan 3 gram MSG. Hasilnya membuktikan bahwa keluhan sakit kepala, tegang pada leher, kebas, dan haus di tiga kelompok sama saja,” tuturnya.

www.tempo.co