SRAGEN- Kondisi kerusakan dan pencemaran Sungai Bengawan Solo dirasakan oleh warga di bantaran wilayah Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo. Kades Tenggak, Setiyanto menyampaikan dari tujuh dukuh yang ada di desanya, hanya ada satu dukuh yang lolos dari dampak kerusakan Bengawan Solo.
“Hampir semua dukuh di desa kami terkena imbasnya. Ada enam dukuh yang ada di sepanjang bantaran Bengawan Solo setiap tahun diterjang longsor erosi Bengawan Solo. Ada Dukuh Tenggak, Nyawak, Ngagel, Nglombo dan lainnya, ” paparnya di sela kegiatan aksi bersih sungai bersama Komunitas Oi dan berbagai elemen, Minggu (5/8/2018).
Setiyanto menguraikan tak hanya pekarangan, erosi yang terjadi hampir tiap tahun di musim penghujan, telah membuat puluhan rumah rusak, longsor hingga roboh.
Bahkan, sejumlah makam di dua dukuh yang dekat dengan bantaran juga sudah hanyut terbawa erosi. Makam itu ada di Dukuh Metep dan Nyawak.
“Sebagian sudah habis. Karena hampir tiap tahun selalu longsor dan erosi terus, ” tukasnya.
Mewakili warga, ia sangat berharap agar pemerintah dan otoritas terkait bisa memikirkan tindaklanjut untuk menghentikan musibah longsor dan erosi yang menghantui warga bantaran. “Bagaimana agar Sungai Bengawan Solo tidak berdampak bagi masyarakat. Mestinya dibuatkan tanggul atau minimal dibronjong batu agar erosi bisa dicegah. Kalau tidak, enam dukuh itu bisa habis semua, ” tandasnya.
Ketua Fraksi PKB DPRD Sragen, Faturrohman berharap aksi peduli Bengawan Solo itu salah satunya ditujukan agar bisa menjadi perhatian Pemkab dan jajaran terkait untuk segera turun tangan menyikapi kerusakan Bengawan Solo yang sudah sedemikian parah. Ia berharap pemerintah tak hanya membangun Solo saja tapi pembangunan dan pemulihan bantaran mestinya juga tidak ditinggalkan.
“Kita akan menyuarakan ke Pemkab, Pemprov dan pusat terkait masalah Bengawan Solo ini. Penanganan limbahnya, erosinya juga. Sudah tidak terhitung berapa banyak rumah yang hilang, roboh dan lain-lain tergerus erosi, ” tukas Fatur. Wardoyo