Memiliki tubuh yang ideal memang menjai idaman bagi setiap orang, terutama kaum wanita. Untuk mencapainya, terkadang orang yang gemuk melakukan diet yang terlalu ketat.
Salah satu diet yang sering dilakukan dalah diet ketogenik (diet keto). Diet itu memang banyak terbukti menurunkan berat badan secara pesat. Namun, ternyata ada penelitian yang mencengangkan mengenai diet keto.
Barangkali hal ini akan membuat anda berpikir dua kali untuk melakukanya. Sebuah penelitian menunjukan bahwa diet keto meningkatkan resiko penyakit diabetes jenis 2 saat hari-hari awal diet.
Diet keto telah terbukti membantu orang menurunkan berat badan dalam jangka pendek. Namun, manfaat jangka panjang dari diet tidak begitu jelas.
Pada ketosis, tubuh memanfaat senyawa keton, atau molekul yang larut dalam air yang dihasilkan oleh hati dan pemecahan jaringan lemak untuk energi sel sebagai penangkal gula dari karbohidrat yang dicerna.
Dan pada beberapa orang, ini menghasilkan penurunan berat badan.
Namun, efek fisiologis ketosis tidak sepenuhnya dipahami. Itu sebabnya para peneliti di Swiss memulai penelitian untuk lebih memahami bagaimana senyawa keton mempengaruhi proses molekuler dalam tubuh. Tim ilmuwan tersebut menggunakan tikus sebagai model.
Dalam studi tersebut, para peneliti memberi makan tikus dengan pola diet ketogenik selama beberapa hari. Awalnya mereka mengira akan menemukan hasil yang positif seperti penurunan berat badan atau indikasi lain yang menunjukkan peningkatan kesehatan.
Ternyata sebaliknya, yang ditemukan adalah hati tikus mulai menolak insulin. Tikus tidak dapat mengatur kadar gula darah mereka setelah tiga hari diterapkan diet keto.
Resistensi insulin, yang berarti bahwa sel-sel dalam tubuh tidak merespon insulin, merupakan karakteristik utama diabetes tipe 2.
“Kami mengharapkan efek menguntungkan, kemudian untuk kejutan besar kami ternyata ini tidak terjadi,” kata penulis studi senior Christian Wolfrum, ahli biokimia di ETH Zürich di Swiss, seperti dilansir laman Live Science, Selasa (14/8/2018).
Para peneliti berpendapat, jika hati resisten terhadap insulin, itu pertanda buruk bagi seluruh tubuh dan bisa berarti ada peningkatan risiko diabetes tipe 2.
Terlebih lagi, hasil ini memprihatinkan karena pasien yang kelebihan berat dan ingin mengurangi risiko diabetes tipe 2 dengan mengikuti diet ketogenik, tapi secara tidak sengaja dapat meningkatkan risiko diabetes, setidaknya dalam beberapa hari pertama diet mereka.
Meski begitu, Wolfrum menekankan, bahwa ini adalah penelitian pada hewan. “Jadi, belum dapat disimpulkan bisa terjadi pada manusia. Potensi memang ada. Seseorang tidak dapat membuat asumsi apapun tanpa menguji ini pada manusia,” tambahnya.
Teresa Fung, ilmuwan nutrisi dan ahli diet dari Simmons Colleg di Boston, yang tidak tergabung dalam penelitian berpendapat, studi ini memang perlu diterjemahkan ke manusia.
Meskipun demikian, Fung mengatakan bahwa dia berpikir penelitian tersebut dengan jelas menunjukkan potensi diet ketogenik memiliki efek yang merugikan pada manusia.
“Sampai para peneliti lebih memahami risiko dari efek merugikan itu, lebih baik kita mempertimbangkan cara lain untuk mencapai tujuan kesehatan mereka, seperti mencoba diet yang tidak ketat,” ujar Fung.