SRAGEN- Insiden kecelakaan maut bus pariwisata yang menewaskan 21 penumpang di Sukabumi, Jabar beberapa hari lalu, turut berdampak ke daerah lain. Tak terkecuali di Sragen.
Temuan bus yang dua tahun tak uji KIR, mau tak mau juga membawa konsekuensi pengetatan pengujian kendaraan. Bahkan, di Sragen, sebanyak 164 armada penumpang dan barang, terpaksa balik kandang karena ditemukan tak layak di kesempatan pengujian pertamanya.
“Ada 164 armada yang tidak lulus uji KIR ketika pertama kali pengujian. Mereka tidak lulus karena ada item yang tidak terpenuhi dan sifatnya fatal. Seperti pada rem dan emisi yang melebihi batas toleransi. Mereka kita kasih kesempatan memperbaiki. Biasanya mereka pulang memperbaiki, setelah terpenuhi akan kembali untuk diujikan dan baru kita luluskan,” papar Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengujian Kendaraan Bermotor Dishub Sragen, Junaedhi, Jumat (14/9/2018).
Junaedhi mengungkapkan tahun 2018 ini, jumlah kendaraan wajib uji di Sragen mencapai 17.307 unit. Sementara, yang sudah lulus uji hingga akhir Agustus 2018 tercatat 4.132 unit atau 23 % dari target.
Lebih lanjut, Junaedhi tak menampik insiden kecelakaan maut bus wisata di Sukabumi itu memang mau tak mau menyeret ke pengujian kendaraan. Namun ia memandang sebenarnya temuan armada yang tak uji KIR bukan semata kesalahan institusi namun lebih pada kesadaran pemilik armada.
“Kalau di Sragen, sosialisasi dan pemberitahuan untuk pemilik armada selalu kita sampaikan. Termasuk lewat SMS Gateway agar segera mengujikan sebelum jatuh tempo. Tapi kadang kesadaran pemilik armada yang belum sesuai harapan,” terangnya.
Khusus untuk bus wisata, Junaedhi memastikan perilaku pemilik armada di Sragen relatif tertib untuk mengujikan armadanya. Selain kesadaran sudah bagus, pemilik armada wisata juga sudah menyadari pentingnya kelaikan dan uji KIR yang akan berimbas pada citra PO wisata.
Terlebih, aturan dan sanksi ketat di beberapa daerah seperti Bali, Jatim, dan Jabodetabek, membawa efek positif terhadap kepatuhan uji armada di Sragen.
“Kalau bus wisata, mayoritas sudah tertib. Apalagi di Sragen, pengusaha bus wisata juga relatif nggak banyak. Paling hanya Harta Sanjaya, Buah Hijau dan beberapa saja. Selama ini sudah tertib KIR, karena biasanya kalau dibawa nyeberang atau ke daerah yang pengawasannya ketat, kalau enggak KIR nanti malah repot tertangkap di jalan,” tandasnya. Wardoyo