BOYOLALI– Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta memfasilitasi guru di dua SMK Kabupaten Boyolali untuk menghadapi era disrupsi 4.0. Fasilitasi tersebut diwujudkan dalam bentuk pengabdian dengan skema Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang digelar Kamis (25/10/2018).
LPPM UNS Surakarta, dalam hal ini diwakili Dosen Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer FKIP UNS Surakarta, Basori MPd, memfasilitasi kebutuhan guru dalam menghadapi era disrupsi 4.0 dengan mengimplementasikan model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan digital. Kegiatan tersebut dilakukan untuk guru di dua SMK di Kabupaten Boyolali yaitu SMKN 1 Sawit dan SMKN 1 Banyudono.
“Kegiatan ini untuk meningkatkan kompetensi pedagogic guru di sekolah menengah kejuruan. Pendampingan juga berfungsi mencari solusi terbaik untuk mengatasi suasana pembelajaran yang kurang kondusif. Hal ini biasa dilihat dengan kondisi siswa, dimana banyak dari mereka yang saat proses KBM kurang berani mengajukan pertanyaan, sebagian besar siswa tidak menyelesaikan tugas yang diberikan dengan tepat, persentase siswa yang mencapai ketuntasan minimum kurang, metode yang digunakan guru terbiasa ceramah, siswa tidak dapat mengerjakan/memecahkan masalah, siswa belum bisa memanfaatkan informasi secara positif, siswa merasakan kejenuhan dalam belajar, dan beberapa masalah lain,” urainya.
Ditambahkan Basori, di era disrupsi dan digital saat ini, pembelajaran yang menarik dan berbasis teknologi sangat digemari oleh siswa. Oleh karenanya, dalam pelatihan ini menawarkan strategi pembelajaran yang dapat diimplementasikan dengan memanfaatkan teknologi TIK, namun di sisi lain lain mempergunakan pembelajaran konvensional seperti tatap muka. Nama model ini sering disebut sebagai Blended Learning.
“Secara sederhana dapat dikatakan bahwa blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasikan dan mencampur baik itu antara tatap muka, belajar mandiri serta belajar mandiri secara online, atau mencampurkan metode, media untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal itu disampaikan melalui workshopyang digelar selama satu hari dan dua hari untuk pendampingan,” ujarnya.
Diimbuhkan Basori, workshop diisi dengan pemaparan tentang pentingnya blended learning di era disrupsi, dan implementasi online learning berbasis LMS (Learning Management System).
“Guru dilatih bagaimana menjalankan model ini. Mulai dari membuat peta program/silabus, sampai eksekusi di tatap muka dan online learning nya. Ketika guru melaksanakan pembelajaran tatap muka, maka guru dapat menggunakan metode ceramah, diskusi, Tanya jawab, demonstrasi dan lain-lain. Sedangkan untuk online nya, guru diajari bagaimana memasukkan materi-materi yang telah disiapkan untuk diunggah di system dengan laman, memberikan materi berwujud video pembelajaran, memberikan topik diskusi dalam aplikasi, memberikan penugasan dalam system, dan lain-lain,” terangnya.
Setelah satu hari workshop, peserta diharapkan dapat mengimplementasikannya dalam mata pelajaran yang diampunya. Agar ilmu yang didapat dalam workshop dapat terlaksana, maka diadakan pendampingan kepada guru-guru dalam penerapan model ini. Pendampingan dilakukan baik secara langsung tatap muka maupun online.
“Harapan dari LPPM UNS dan SMK mitra, semoga dengan pelatihan dan pendampingan ini memberikan bekal terapan bagi guru agar menjadi guru professional di abad 21 dan di era disrupsi saat ini,” tukas Basori. Triawati PP